Pedagang itu, menjadi agak tenang setelah balian memberikan gambaran, semacam nasihat, harus hati-hati. Balian menjadi obat pelipur lara dalam kasus seperti itu.
Saya menjawabnya, khan sudah ada beberapa bahan penangkal nya?, Kenapa tidak manjur? Padagang itu menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu. Apakah tuyul bermutasi, seperti layak virus Corona-19 bermutasi menjadi beberapa varian baru yang konon lebih ganas. Entahlah. Dagang itu tersenyum kecut.
Saya sadar, pasar tradisonal atmosfernya masih menggema aura tradisional, Nalar bercampur aduk, di zona itu, saling meramu menjadi semacam kultur pedagang yang berjarak dengan teori-teori bisnis modern. Bisnis modern tetap menjauh dari benak para pedagang yang masih kerap diliputi oleh aura mistis.
Lalu , banyak pemda ingin memperkenalkan pasar tradisional dengan keunikan nya, barangkali 'brerong dan tuyul' pun harus menjadi sisi yang menarik dikaji lebih dalam, agar pasar tradisional, meminjam ikon dari KFC, dengan Kolonel Sander,-nya mampu menjadi "simbol keramahan internasional"
KFC memopulerkan ayam di industri makanan cepat saji, mendiversifikasi pasar dengan menantang dominasi hamburger. Mungkin pasar tradisional di bali, 'Brerong bisa menjadi ikon pasar', pada sisi 'sosiologis masyarakatnya, lahan penelitian bagi film dokumenter, atau novel-novel yang berlabel fiksi ilmiah'
Maka. Brerong, adalah produk imajinasi budaya, yang masih kuat di percaya ada saat ini, entah sampai kapan?, Sebuah bentuk pesugihan, yang sedikit kerja namun dapat hasil yang besar. Trik-trik kepepet, yang salah arah imajinasi, menjadi jurus -jurus melakukan gerak ekonomi, cepat kaya, kerap merusak di tataran imajinasi. Prasangka dan praduga emosi menguasai bawah sadar banyak pihak.
Tentu cara demikian bertolak belakang dengan pesan kolonel Sander yang punya KFC itu, " Begitu Anda terbiasa, sangat senang bekerja keras "melakukan semua yang Anda bisa, dan melakukannya dengan sebaik-baiknya," Sanders mengemukakan keahlian memasaknya yang sederhana untuk digunakan dengan baik.
Nalarisasi perilaku, seakan berhenti, di sudut pasar yang berdebu, dan kumuh, yang adalah bagaimana mendapatkan untung dengan sedikit bekerja, faktor efisien menjadi tolak ukur nya, namun lebih condong kerah negatif.
Inilah cermin masyarakat kelas menengah ke bawah yang terus mencari jati diri untuk tetap eksis di masa pandemi, isu seperti ini amat sensitif, sebab kesusahan mencari rezeki, mudah masuk ke wilayah yang luar biasa membingungkan pasar.
Bukan seberapa banyak orang menghasilkan uang, melainkan untuk tujuan apa uang itu digunakan. Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen, jarang memang mereka lakukan, entahlah sampai kapan?