Pertama, saat ini dunia luar sedang dimabuk fragmateisme dan kecongkakan akan kepemilikan materi, pangkat dan gemerlap duniawi. Kepemilikan akan dunia ini tidak bisa dibendung ketika diri tidak merasa puas, sebab ibarat api semakin terus diberi kayu bakar semakin besarlah kobaran api itu, demikian hal nya dengan nafsu dimabuk materi, padahal bukan materilah yang diusung dalam keabadian diri, sejatinya adalah Ahmanityam" rendah hatilah itu semua menjadi SIM kita dalam hidup bermasyarakat. Itu sebabnya " pakailah perihasan rendah hati, agar orang selalu memandang diri kita takjub akan perbuatan baiknya.
Kedua, agar bisa tidak dimabuk fragmatisme, maka berusahalah pada diri yang selalu memuat diri tidak loba, serakah, sebab serakah itu ibarat memupuk kebusukan dalam diri ini. Oleh akrena itu, dalam ruang ini menarik kembali pesan Guruji Gede Prama, "Di dunia harta, rasa enak muncul setelah seseorang mendapatkan sesuatu. Di dunia cinta, keindahan muncul setelah seseorang memberi kan sesuatu. Di dunia cinta, bahkan binatang pun menemukan hal indah dengan cara mencintai.". Selamat Hari Raya Pagerwesi, Moga Pikiran baik datang dari segala arah *****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H