Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Raya Pagerwesi dan Butiran Makna Terkandung di Dalamnya

8 Juli 2020   00:24 Diperbarui: 8 Juli 2020   00:31 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangsa kita yang sedang bergulatadapi pandemi Covid-19, pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan yang parah karena ulah segelintir orang. Zaman hedonisme dan sarat dengan kepentingan diri yang tinggi. Semua itu semakin terasa. Oleh karena itu membutuhkan kekuatan bakti, untuk mengabdi tanpa pamerih.

Penyucian hati diawali dengan pengendalian pikiran "Manah eva manushyanam karanam bandhamokshayo (pikiran adalah penyebab perbudakan dan pembebasan manusia). Oleh karena itu pesan Kitab Manawa Dharsastra menarik untuk direnungi, "Satyam bruuyaat, priyam bruuyaat, Na bruuyaat satyamapriyam,Artinya,'Ucapkan kebenarankan, jangan sekali-sekali mengucapkan ketidak benaran walau itu menyenangkan'.Jika itu terjadi maka tegaklah nilai-nilai moral, sosial, dan spiritual. Manusia merupakan gabungan ketiga nilai ini. Sesungguhnya ia tidak dapat disebut manusia, jika ia tidak mempunyai nilai-nilai ini.

Di bingkai itu, saat kita memandang Pagerwesi, adalah ibarat memandang sebuah rumah yang dipagari dengan hiasan pagar dengan aneka, sifat-sifat kebajikan, dan pengendalian diri. Agar banyak hal dan informasi tidak bisa masuk ke dalam diri, yang siap membakar diri ini. seorang melihat pagar atau secara rohani, psikologi adalah menarik untuk di renungi.Artinya tinggalkanlah ( Leave it Alone): Janganlahn kita bangun dipagi hari dan berkata, "Baiklah, aku merasa sudah lebih kuat sekarang, kupikir aku bisa menaganinya (masalah/beban) mulai sekarang."

Mengapa kita berpikir bahwa kita merasa lebih kuat sekarang? Sederhana saja. Karena kita menyerahkan beban hidup ini pada Tuhan dan Tuhan menanganinya. Tuhan juga memperbaharui kekuata kita dan melindungi kita dalam kedamaian Tuhan. Dalam Upanisad, menyebutkan, "Tidakkah engkau tahu bahwa jika Kuserahkan kembali masalahmu kembali, engkau akan kembali seperti engkau memulainya?! Tinggalkan masalahmu itu padaKu dan lupakan. Biarlah Aku melakukan pekerjaanKu.

Sebagaimana tidak akan ada lautan tanpa gelombang, dan tidak ada matahari tanpa sinar, demikian pula tanpa kasih, seseorang tidak dapat disebut manusia. Sebagaimana gelombang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lautan dan sinar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari matahari, maka demikian pula halnya kasih merupakan asas yang paling mendasar bagi manusia.

Karena itu, manusia harus memenuhi hidupnya dengan kasih. Janganlah ia membenci siapa pun atau melakukan kekerasan. Hatinya harus penuh belas kasihan. Yang penuh daya 'welas asih' adalah hridaya 'hati'. Ego dan aneka keinginan yang tidak terbatas menyebabkan timbulnya sifat-sifat jahat dalam diri manusia. Orang yang memiliki ego tidak akan mempunyai welas asih di dalam hatinya.

Manusia itu bukan sekadar individu ( vyashti ). Ia merupakan bagian dari masyarakat (samashti ). Ia tidak dapat hidup sendirian. Mau tak mau ia tergantung pada masyarakat. Karena itu, janganlah ia menempuh hidup yang mementingkan diri. 

Ia harus mempertimbangkan waktu serta keadaan dan menempuh hidupnya secara harmonis dengan masyarakat. Alam ( prakriti ) itu merupakan gabungan antara individu ( vyashti ), masyarakat (samashti), ciptaan ( srushti), dan Tuhan ( Parameshti ). Individu harus melayani masyarakat dan ( dengan pandangan batinnya ) berusaha melihat Tuhan dalam ciptaan.

Di hari Pagerwesi, kami sembahnya di rumah, lalu ke pura sedahan carik, ulun suwi, dan ke pura dalem, setelah itu makan bersama, dan dilanjutkan ke kompleks pura yang ada di lingkungan Kampus, dan terakhir pura Jagatnata di Singaraja.

Apa makna prosesi itu?, Pagarwesi adalah maknasejatinya adalah pagari diri dengan pagar yang kokoh, sekokoh pagar dari besi baja. Kanapa harus dipagari, sebab untuk menjaga dari pengaruh eksternal yang kadang sulit ditebak. 

Sebab, lewat hari pagerwesi ini kita selalu dituntun dan disadarkan bahwa pengaruh dunia luar eksternal, tidak pernah berhenti, menggoda manusia, dalam bentuk enam musuh (sadripu dan sad atatayi) yang yang hebat, dan perkasa. Namun, kita seestinya melunakkan diri kita dengan selalu memagari, perasaan dan kehendak agar tidak terjerumus jauh ke dasar jurang. Caranya  adalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun