Namun,  kesedihan hati  Arjuna  terus berkembang tiada hentinya  pasalnya Gatot  Kaca  besok  akan gugur di medan perang, Adipati Karna pasti melepaskan senjata Kunto wijoyo danu miliknya, karena tanpa senjata itu Gatot Kaca sulit dikalahkan. Jika senjata itu lepas berarti Arjuna akan selamat dari kematian dan kekalahan. Dan pada aspek ini kematian Gatot Kaca  dikorbankan demi hanya untuk menyelamatkan dirinya, itulah yang menyebabkan kesedihan Arjuna bertambah.
 Walaupun pada akhirnya peristiwa yang akan menimpa dirinya  telah diketahui oleh  Gatot Kaca sendiri namun dia tidak menyerah atau takut sedikitpun untuk menghadapi senjata maut yang terlanjur telah dimiliki oleh musuh bebuyutan pamannya. Panggilan untuk menghadang Karna  dalam perang besar itu  merupakan kehormatan bagi dirinya. Kegagahannya melaksanakan tugas berat mengundang decak kagum raja seluruh negeri, tugas  yang mulia itu tidak disia-siakan walaupun nyawa taruhannya itu adalah ciri pengorbanan pendidikan yang berkarakter yang telah diterima Gatot Kaca.
 Gatot Kaca  terus terbang dan menantang Adipati Karna, menyambut senjata sakti Konta Wijaya danu sebagai panggilan tugas  demi loyalitas terhadap guru, orang tua dan negara walaupun harus mengorbankan  jiwa raganya, tetapi Gatot Kaca ingat betul nasehat  Prabu  Krishna  kepada Arjuna sebelum perang besar dimulai, yaitu : "Tidak pernah ada saat dimana aku, engkau dan para raja ini tidak ada dan tidak akan ada  saat dimana kita berhenti ada, sekalipun sesudah ini"
Akhirnya Gatot Kaca gugur sebagai pahlawan Pandawa. Duka lara menyelimuti kubu Pandawa. Kematiannya tidaklah sia-sia karena  dia menyelamatkan Arjuna,  Sang Paman tercinta. Pengorbanannya memberikan kemenangan dan kejayaan Pandawa.
Pengorbanan Gatot Kaca menjadi cermin yang indah bagi para anak didik yang mengejar ilmu, kita harus memperoleh nama yang harum untuk diri ini, orang tua dan sekolah termasuk  kepeda mereka yang memberi pendidikan, yaitu dengan cara  sungguh-sungguh dalam belajar dan menolong orang lain.
Orang tua kita menanggung penderitaan besar dalam usaha mereka untuk membuat kita senang. Pertama-tama bayarlah kembali  hutang cinta kita kepada mereka, janganlah bertingkah laku  sedemikian rupa  sehingga mereka menyesal  telah memasukkan kita  ke sekolah. Semua hutang yang lain dapat dilunasi belakangan. Perlihatkanlah rasa terima kasih yang patut mereka peroleh, kembalikanlah pada mereka  kasih yang telah mereka curahkan secara berlimpah ke dalam hati kita. Hanya itu konklusi yang dapat disarikan  dari kisah Gatot Kaca ini, semoga pikiran baik datang dari segala arah.********
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H