Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Adakah Nilai-nilai Catur Kotamaning Nrpati di Antara Jokowi dan Prabowo?

10 Maret 2019   08:56 Diperbarui: 3 Juli 2021   04:34 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nilai-nilai Catur Kotamaning Nrpati di Antara Jokowi dan Prabowo (unsplash/sigmund)

Pemimpin tak lagi bisa memimpin hanya berdasarkan kekuasaan struktural belaka. Namun dia harus merangkul hati sang rakyat,  Sehingga apa yang dikatakan Bung Karno memang tepat adanya, Janganlah kita lupakan demi tujuan kita, bahwa para pemimpin berasal dari rakyat, dan bukan berada atas rakyat

Lalu di dimensi itu, dalam memilih pemimpin, perlu adanya pendekatan seperti layaknya tulisan ilmiah,  yakni justifikasi  teoritis dan emperis.  Secara kajian teoritis, sudah banyak sekali tentang teori kepemimpinan, mulai pemimpin otoriter, demokrasi dan laissez paiere, semua nya menjadi rujukan namun dalam kacamata empiris, seorang calon pemimpin harus ditelaah dari sudut pandang bukti-bukti hasil kerja yang dia pernah lakukan. 

 Tentu menarik ketika ajang pemilihan presiden  ada di negara ini,  secara  politik ketika memilih pilpres, kita dihadapkan pada sosok-sosok yang ditawarkan, kadang kita terlena dengan penampilan, kadang juga  terlena karena kekayaan , kita terlena pada garis keturunan, trah genetik, semua itu kerap menyilaukan kita sesaat, namun dalam khasanah sastra yang pernah diterbitkan di bumi pertiwi, nampaknya menarik mengulasnya gaya kepemimpinan  dari khasanah  itu.

Secara teoritis,  kembali ke judul tulisan ini dengan konsepsi  'Catur Kotamaning Nrpati, memiliki komponen-komponen antara lain  (1) memiliki pengetahuan yang luhur dan suci (Jana Wisesa Sudha) (2) memiliki rasa kasih sayang pada rakyatnya(Kaprahitaning Praja), (3) memiliki keberanian (Kawiryan), dan, (4) memiliki kewibawaan (wibawa). Uraiannya dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pertama, Jana Wisesa Sudha, artinya raja atau pemimpin harus memiliki pengetahuan yang luhur dan suci. Dalam hal ini ia harus memahami kitab suci atau ajaran agama (agama ageming aji). 

Dalam aspek ini Joko Widodo dan Ma'ruf  Amin sangat memiliki nilai lebih tinggi, pertama ada Ma'ruf Amin yang tokoh  MUI, yang genggaman agamanya tak diragukan lagi, Joko Widodo juga demikian, peran dirinya dalam memajukan dan memelihara keberagaman dalam agama di negeri ini  memang sudah terbukti, dengan menetapkan Hari santri misalnya  di negeri tercinta, adalah bukti yang sulit dibantah. 

Pasangan Prabowo, walaupun kontroversial  saya lihat juga taat beragama, dan Sandi dengan kerja keras mengatakan bahwa keberhasilannya juga didasari nilai agama yang dianutnya, sungguh sulit, orang berhasil kaya tanpa didukung oleh nilai-nilai spiritual yang menjadi motivasinya, namun menarik memang seperti yang dikatakannya.

"Saya sekolah multikultural, multi religi, multietnis, saya pernah sekolah di luar negeri juga, fokus saya di ekonomi, merupakan representasi sebuah sosok yang patut menjadi inspirasi  (sumber : /www.viva.co.id/pemilu/berita-pemilu/1076715). Dalam beberapa kesempatan membangun konsep wisata syariah, paling tidak tetap  ingin memajukan nilai-nilai agama yang dianutnya.

Pada tataran itu, pemimpin yang baik harus siap berkorban untuk memperjuangkan kebebasan rakyatnya. Sifat utama pemimpin adalah beradab dan mulia hati. Menjadi hal yang sangat penting,  dalam hal ini,  rakyat tetap harus cerdas dalam memilih, pilihan anda menentukan masa depan bangsa dan negara. Keberhasilan pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam mensejahterakan umat yang mereka pimpin. 

Pada aspek ini karakter menjadi yang terpenting, itu sebabnya nasehat bahwa, kepemimpinan adalah karakter. Orang dengan karakter yang hebat, yang berkembang seiring pertambahan waktu, secara alami menjadi para pemimpin.

Kedua, Kaprahitaning Praja, artinya raja atau pemimpin harus menunjukkan belas kasihnya kepada rakyatnya.Disini pemimpin hendaknya menjadi pamong praja, dan bukan pangreh praja. Melayani masyarakat luas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun