Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Nyepi, Ening, dan Kosong

6 Maret 2019   08:09 Diperbarui: 6 Maret 2019   17:06 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krishna sedikit memperbaiki tempat duduknya lalu memberikan wejangan dengan indah, "Rukmini istriku , engkau perlu tahu,  Jika ada seseorang dapat terbebas dari kematian dan dapat hidup abadi, ia boleh bermalas-malasan; sedangkan bagi mereka yang pasti akan mati dan tidak bisa hidup abadi apa gunanya bermalas-malasan.Oleh karena itu bekerjalah, Tuhan terus bekerja, untuk mengatur isi ciptaannya.  Lalu apa yang harus aku lakukan Suamiku, Oh Krishna? Tanya Rukmini lagi.

Krishna tersenyum , lalu berkata dengan lembut, " Perlu engkau ketahui istriku, sang waktu itu  tiada batasnya, ia terus bergerak meski telah melewati ribuan putaran tahun; sedangkan hidup itu ada batasnya, bahkan seringkali dijalani dengan sangat cepat dan hanya dalam sekejap saja; sadar akan hal tersebut, apakah yang menyebabkan orang masih menyia-nyiakan waktu, mari manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk berbuat kebajikan. 

Sekali lagi ingatlah lakukanlah kebajikan, sesungguhnya umur sekalian makhluk hidup itu teramat pendeknya, bahkan sebagian dari umurnya itu pada waktu malam dipakainya untuk tidur akibat kantuk; yang lain dilalui dengan penyakit, kesedihan, umur tua dan masalah-masalah hidup lainnya, akhirnya sangat sedikitlah masa hidup itu sesungguhnya.

Mengapa manusia kerap mengabaikannya suamiku? Tanya Rukmini lagi,semua makhluk terperangkap dalam siklus hidup dan mati, masa hidup mereka lewati dengan penyakit, usia tua, dan kesedihan; namun umumnya tidak banyak orang yang sadar akan singkatnya masa hidup itu, mengapa dia lupa sebab, dipengaruhi oleh pikirannya dan egonya, tertutup dengan gelapnya maya.

Lalu betapa mengerikannya kematian itu, lalu bagaimana caranya mengatasinya? Krishna berkata lagi, ketahuilah oh istriku,    Bukan karena obat, bukan karena doa, bukan karena kurban, dan juga bukan karena pengulangan-pengulangan mantra mampu membebaskan orang dari kematian; sesungguhnya tidak ada orang yang dapat terbebas dari kematian. 

Kematian adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk hidup mengalami pembusukan

Istriku, sayang,  Jika tidak ada introspeksi diri setelah melihat orang tua renta, orang sakit, dan orang mati, dimana seolah-olah ia tidak akan berkeadaan seperti itu kelak; orang yang seperti ini tidak ubahnya dengan pecahan periuk atau batu bata. 

Dan, perlu  engkau camkan bahwa walaupun lantaran saktinya seseorang dapat menguasai seluruh  benua hanya dalam sekejap, namun ia tidak akan dapat menghindarkan dirinya dari penyakit, usia tua dan kematian. Lalu apa yang perlu dibanggakan, selain perbuatan baik itulah yang perlu dimaknai dengan segera dalam hati.

Ketahuilah,  waktu adalah tubuh dari sang maut kematian, detik, menit, jam, siang, malam dan pembagian waktu lainnya adalah organ-organ tubuhnya; wujudnya adalah penyakit dan usia tua, inilah penampakkan dari kematian. bagaikan ular menelan mangsanya, demikianlah kematian pasti akan menelan makhluk hidup jika sudah waktunya. 

Oleh karena itu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya saat hidup ini untuk melaksanakan kebajikan dan kebenaran, sebab di usia tua demikian banyaknya hambatan (kelemahan fisik & penyakit) untuk melakukan kebajikan dan kebenaran dengan sempurna. 

Seperti keadaan orang tua renta yang masih bernafsu untuk berkelahi, lantaran kelemahan fisiknya ia akan jatuh bangun melakukannya; bagaikan serigala tua yang telah ompong ingin mengunyah tulang, sia-sialah usahanya itu dan ia hanya dapat menjilatinya saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun