Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seberkas Cahaya Terpercik ke Angkasa Raya

28 Januari 2019   17:24 Diperbarui: 28 Januari 2019   18:31 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam ruang yang sepi hanya, desiran angin yang menyapa dengan seribu rasa. Lalu  berdirilah  sebuah kenangan demi kenangan, yang  terkait dalam sintesis pemikiran membentuk sebuah senyawa harapan baru, lalu mengejewantah dalam ' dimensi 'gelombang-gelombang nalar benak pikiran, akibatnya bisa  tergoreskan dalan narasi epik, dan menyejarah yang tak terlukiskan. 

Manusia lalu berdiri, bahwa jiwanya, 'menggeliat  dalam bentuk asa 'kalolita' yang dipenuhi rasa rindu kepada 'kuasa yang maha tinggi, a hanya satu  menjadi pribadi dengan getar-getar 'Lokeswara, dengan pencerahan yang  seimbang mengikuti gelombang alam raya  yang damai.

Di bingkai kedamaian  itulah,  tak sedikit, jiwa agung lahir  fase keterpurukan yang dalam, lalu lewat jalur metamorfosis, proses  semacam ulat berubah menjadi kupu-kupu yang indah menawan  dan mempesona hati. Hidup manusia pun demikian, cobaan dan tekanan adalah proses pembentukan untuk menghasilkan 'suatu  karakter 'yang tahan dan berkekuatan, sehingga masuk dalam  indikator' sidhakarya' menuju  hasil yang merupakan produk reaksi dalam bentuk persenyawaan baru dengan label'sidhamahapurusa. Sebuah titik keheningan, yang tidak terpengaruh oleh putaran kehidupan dunia serta terbebaskan  oleh ilusi dualitas.

Dualitas  yang demikian, membuat  hadir dalam ruang dialektika dengan ketidak sempurnaannya, Jadi saat seseorang mengeluh maka anda  telah melakukan kesalahan, katakan padanya bahwa mungkin menjadi hal yang baik. Karena tanpa ketidaksempurnaan, Anda maupun saya tidak akan ada , kata Stephen Hawking memberikan nasihat. Lalu, ketidaksempurnaan adalah keindahan, kegilaan adalah jenius. 

Pandu dewanata, berdiskusi dengan dewi Madri, dan terucap dalam khasanah yang membuat dirinya paham bah 'cinta tidak pernah melihat ketidaksempurnaan pada pasangannya. Justru dia menyempurnakan ketidaksempurnaan itu. Disanalah dalil bahwa Keluarga yang baik dimulai dengan cinta, dibangun dengan kasih sayang, dan dipelihara dengan kesetiaan tumbuh dan berkembang. Pesan moralnya adalah jangan takut mencoba hal yang baru, gapailah impian-impian kita. Tapi ingatlah, tak peduli kemana anda pergi,  namun keluarga tempat anda kembali berlabuh.

*****

Matahari pagi yang indah menawan, memberikan sebuah tatapan yang membuat sang diri diri  maju. Kegelisahan Pandu dan Madri pun memuncak dalam sebuah sketsa harapan baru 'ingin mengubah takdir dalam dunia mayapada, Pandu, yang merupakan putrotpadana,' Bhagawan Biasa dengan dengan  Dewi Ambalika , karena permintaan ibu Suri Dewi Satyawati., sebab suami sang Dewi ambalika, meninggal  sebelum sempat berputera

Pandu lahir dengan wajah pucat, kulit berwarna  kekuningan itu, dalam perjalanan hidupnya, kena kutuk  oleh resi Kindama, ketika di hutan, Sang Pandu  membunuh rusa yang sedang berkasih-kasihan. Isi kutukan itu memang sungguh sangat mengerikan. Kapanpun sang Pandu memadu kasih dengan istrinya, saat itu, Sang Yamadipati mencabut nyawanya, Sama seperti dirinya membunuh sang rusa sedang  berhubungan suami istri untuk  memadu kasih.

Pagi yang cerah itu, Dewi Madri tampak sangat cantik, sebab hari itu bertepatan dengan  bulan purnama. Bulan  yang memiliki daya tarik karena ketampanannya, dan juga karena gaya gravitasi yang tinggi  saat itu, pikiran lebih tertarik menyatukannya pada yang maha memberi. Lalu Dewi Madri hendak memuja dewa matahari, sebagai penerang bumi,  yang memberikan sinar tiada hentinya tanpa pilih kasih, menyinari dengan tanpa membedakan, memberikan energi untuk tetap berlangsungnya kehidupan , matahari dihormati , karena Dewi Madri sangat menyadari bahwa 'segala kekuatan kehidupan secara fisik dan kimiawi bersumber  dari energi dari matahari itu

Dari bibir dewi Madri  yang manis kata-kata  pujian pada matahari' Ya Tuhan, pagi ini hamba bermeditasi pada Perwujudan Mu sebagai Dewa Surya,yang merupakan sumber semua cahaya, Yang tak terbayangkan dan yang merupakan pengejawantahan tri tunggal, sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semesta beserta isinya, yang menyala terang benderang, Engkau Yang Abadi dan penghancur semua dosa, musuh, penyakit dan kegelapan bathin, Jadikanlah kami selalu bernasib baik pada pagi hari ini, menjelang tengah hari, apalagi matahari tepat di tengah-tengah dan seterusnya. Semoga Engkau berkenan menganugerahkan rahmat-Nya kepada kami. Engkau adalah sumber segalanya dan penanda waktu dunia. Melalui badan, perkataan, dan pikiran ini hamba bersujud padaMu.

Melihat Dewi Madri yang khusuk berdoa itu, Sang Pandu tersenyum  dan mendekat , menanti sampai  selesai  melakukan.pemujaan, sambil dia pun berdoa moga dia dikaruniai umur panjang.  Setelah itu, Pandu pun berkata dengan suara yang  sangat merdu, " Istriku, betapa mulia hatimu, engkau tabah dan penuh kesetiaan mendampingiku. 

Aku ini sangat menyayangimu engkau laksana bulan purnama, sebagai surya yang terbit pagi hari tanpa awan, selalu mempesona diriku. Istriku, aku sadar bahwa engkau menjadi bagian elemen penting dalam keluarga ini, benar kata Pandu, engku sangat ikhlas menerima kekuranganku,  dan aku yakin  Jika dirimu  ikhlas dalam berupaya untuk kebahagiaan kehidupan keluarga, Tuhan akan memudahkan dan menunjukkan jalan yang indah untukmu.

'Istriku, kemanapun engkau pergi barang sedetik pun engkau  pergi, hatiku selalu  galau , Aku sangat merindukanmu, semoga kita selalu berada dalam keadaan  damai adanya. Istriku sayang, dengarkanlah pesanku ini, engkau harus menyadari bahwa diriku memiliki sesuatu kekurangan yang sangat fatal, hidupku berjarak dengan kenormalan. Tampak dari wajahnya,  Pandu memendam rasa sedih yang dalam.Hidup selalu dihantui oleh bayang-bayang kutukan sang resi Kandama

Lalu Pandu  berkata lagi dengan suara serak, melihat dirimu yang kekurangan kasih sayang dari ku, terasa dadaku terbelah , aku menyesal karena perbuatanku, Engkau dengan kakakmu Dewi Kunti menderita, aku terbatas dengan kutukan Resi Kindama itu.  Maafkanlah aku, kata Pandu, bisakah engkau memaafkanku? Tanya Pandu serius

Dewi Madri tersenyum manis, "Suamiku, selama ini aku selalu melayanimu dengan penuh kasih engkau gagah dan perkasa, aku telah diberikan walaupun aku menyadari bahwa engkau memiliki terbatasan, pengendalian  untuk tidak melakukan hubungan suami istri dengan ku, perkawinan dan cinta bukan hanya sebatas  hubungan badan, namun lebih jauh dari itu, keluarga adalah tempat kita saling melayani dengan penuh kasih, kepada ketiga aspek, mansuai, alam maupun dengan yang maha abadi sebagai sumber asal-usul kita. Kanda pandu, aku telah diberikan  anugerah oleh  Resi  Druwasa, untuk bisa menerima kekurangan orang lain, termasuk yang menjadi pendampingmu, aku tidak menuntut kesempurnaan pada dirimu. Sebab dunia ini memang tidak sempurna, yang sempurna adalah Tuhan.

Pandu tersenyum, wajahnya tampak cerah. Lalu Dewi Madri berkata lagi , suamiku aku selalu memaafkanmu,  aku mengerti , karena mengerti adalah memaafkan segalanya. Oleh karena itu aku memaafkan segala bentuk kekurangan yang ada padiri suamiku, sebab memaafkan adalah ciri orang berhasil hebat, Kalau  tidak  ada rasa memaafkan, maka  tubuh ini  memang sudah keluar dari penjara bdan . 

Namun pikiran akan terus menerus ada di dalam penjara kebencian dan kemarahan".itulah suamiku. Pandu tersenyum merekah.  Lalu berkata, dengan takzim,  Istriku dewi Madri, hatimu semolek wajahmu, engkau  memiliki hati yang sangat luar biasa, aku bertambah sangat mencintaimu. Pujian itu membuat  dewi Madri, masuk ke zona kasih sayang yang luar biasa,

Istriku engkau bertambah cantik hari ini, Kata pandu memuji dewi Madri. Suamiku, engkau memang tak bisa melepaskan rayuanmu, aku adalah milikmu, kita bertemu karena rasa cinta yang dalam, cinta itu  tidak selamanya harus memiliki, tetapi cinta akan selamanya kekal abadi di hati kita. Kata Dewi Madri menghibur suaminya.

Istriku, kata kata-Pandu keluar penuh rasa kasih sayang  dalam hati, " dengan suara yang merdu, dia berucap,  Dewi Madri engkau   yang ku kasihi, senyummu manis dan penuh pesona, dekat denganmu, memiliki suasana yang luar  biasa, Melihat wajahmu, seakan aku tak pernah bosan, membayangkan betapa alam ini  memberikan yang terindah kepadaku.   

Angin semilir dari laut memesankan rasa bahagia, seperti melihat dirimu hadir pagi ini, secerah wajahmu yang menawan,mempesona hati dalam dekapan cinta sejati, deru ombak yang menyentuh bibir pantai menggambarkan rasa yang dalam, membayangkan betapa hangatnya berpelukan  dengan dirimu, walaupun hanya sebentar, namun terasa demikian lama, senyummu bagaikan matahari indah pagi hari tanpa awan, jernih dan membangkitkan semangat dalam hati, oh cintaku, engkau hadir menjadi penyejuk hati sebagai pemuas dahaga rindu. Engkau segalanya bagiku, Istriku.

Pujian dan kasih sayang itu  memunculkan keinginan   membara pada diri Pandu, pikirannya tak menentu, dia  tak tahan melihat istrinya terus merindu,  matanya menatap istrinya penuh nafsu, ada gejolak yang ingin dan memaksanya untuk terus berkobar, jantungnya semakin kencang berdegup, keinginannya untuk memberikan yang terbaik, terus memuncak, sebagai  suami ideal  di depan istri.

Akibatnya, nafasnya membungbung, suhu tubuhnya meninggi, dan kekuatan maha dahsyat  seakan -akan memuncak dan menghentikan detak jantung,lalu tak diduga Pandu terkulai lemas   dipangkuan  Dewi Madri, seberkas cahaya terpercik menuju angkasa raya keluar dari diri sang pandu. Kutukan Sang Resi Kindama  telah terbayar, Pandu menuju tempat kedamaian abadi  dengan cintanya yang tak pernah pudar pada istrinya. 

(Singaraja, 28 Januari 2019) *****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun