Dalam ruang yang sepi hanya, desiran angin yang menyapa dengan seribu rasa. Lalu  berdirilah  sebuah kenangan demi kenangan, yang  terkait dalam sintesis pemikiran membentuk sebuah senyawa harapan baru, lalu mengejewantah dalam ' dimensi 'gelombang-gelombang nalar benak pikiran, akibatnya bisa  tergoreskan dalan narasi epik, dan menyejarah yang tak terlukiskan.Â
Manusia lalu berdiri, bahwa jiwanya, 'menggeliat  dalam bentuk asa 'kalolita' yang dipenuhi rasa rindu kepada 'kuasa yang maha tinggi, a hanya satu  menjadi pribadi dengan getar-getar 'Lokeswara, dengan pencerahan yang  seimbang mengikuti gelombang alam raya  yang damai.
Di bingkai kedamaian  itulah,  tak sedikit, jiwa agung lahir  fase keterpurukan yang dalam, lalu lewat jalur metamorfosis, proses  semacam ulat berubah menjadi kupu-kupu yang indah menawan  dan mempesona hati. Hidup manusia pun demikian, cobaan dan tekanan adalah proses pembentukan untuk menghasilkan 'suatu  karakter 'yang tahan dan berkekuatan, sehingga masuk dalam  indikator' sidhakarya' menuju  hasil yang merupakan produk reaksi dalam bentuk persenyawaan baru dengan label'sidhamahapurusa. Sebuah titik keheningan, yang tidak terpengaruh oleh putaran kehidupan dunia serta terbebaskan  oleh ilusi dualitas.
Dualitas  yang demikian, membuat  hadir dalam ruang dialektika dengan ketidak sempurnaannya, Jadi saat seseorang mengeluh maka anda  telah melakukan kesalahan, katakan padanya bahwa mungkin menjadi hal yang baik. Karena tanpa ketidaksempurnaan, Anda maupun saya tidak akan ada , kata Stephen Hawking memberikan nasihat. Lalu, ketidaksempurnaan adalah keindahan, kegilaan adalah jenius.Â
Pandu dewanata, berdiskusi dengan dewi Madri, dan terucap dalam khasanah yang membuat dirinya paham bah 'cinta tidak pernah melihat ketidaksempurnaan pada pasangannya. Justru dia menyempurnakan ketidaksempurnaan itu. Disanalah dalil bahwa Keluarga yang baik dimulai dengan cinta, dibangun dengan kasih sayang, dan dipelihara dengan kesetiaan tumbuh dan berkembang. Pesan moralnya adalah jangan takut mencoba hal yang baru, gapailah impian-impian kita. Tapi ingatlah, tak peduli kemana anda pergi, Â namun keluarga tempat anda kembali berlabuh.
*****
Matahari pagi yang indah menawan, memberikan sebuah tatapan yang membuat sang diri diri  maju. Kegelisahan Pandu dan Madri pun memuncak dalam sebuah sketsa harapan baru 'ingin mengubah takdir dalam dunia mayapada, Pandu, yang merupakan putrotpadana,' Bhagawan Biasa dengan dengan  Dewi Ambalika , karena permintaan ibu Suri Dewi Satyawati., sebab suami sang Dewi ambalika, meninggal  sebelum sempat berputera
Pandu lahir dengan wajah pucat, kulit berwarna  kekuningan itu, dalam perjalanan hidupnya, kena kutuk  oleh resi Kindama, ketika di hutan, Sang Pandu  membunuh rusa yang sedang berkasih-kasihan. Isi kutukan itu memang sungguh sangat mengerikan. Kapanpun sang Pandu memadu kasih dengan istrinya, saat itu, Sang Yamadipati mencabut nyawanya, Sama seperti dirinya membunuh sang rusa sedang  berhubungan suami istri untuk  memadu kasih.
Pagi yang cerah itu, Dewi Madri tampak sangat cantik, sebab hari itu bertepatan dengan  bulan purnama. Bulan  yang memiliki daya tarik karena ketampanannya, dan juga karena gaya gravitasi yang tinggi  saat itu, pikiran lebih tertarik menyatukannya pada yang maha memberi. Lalu Dewi Madri hendak memuja dewa matahari, sebagai penerang bumi,  yang memberikan sinar tiada hentinya tanpa pilih kasih, menyinari dengan tanpa membedakan, memberikan energi untuk tetap berlangsungnya kehidupan , matahari dihormati , karena Dewi Madri sangat menyadari bahwa 'segala kekuatan kehidupan secara fisik dan kimiawi bersumber  dari energi dari matahari itu
Dari bibir dewi Madri  yang manis kata-kata  pujian pada matahari' Ya Tuhan, pagi ini hamba bermeditasi pada Perwujudan Mu sebagai Dewa Surya,yang merupakan sumber semua cahaya, Yang tak terbayangkan dan yang merupakan pengejawantahan tri tunggal, sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semesta beserta isinya, yang menyala terang benderang, Engkau Yang Abadi dan penghancur semua dosa, musuh, penyakit dan kegelapan bathin, Jadikanlah kami selalu bernasib baik pada pagi hari ini, menjelang tengah hari, apalagi matahari tepat di tengah-tengah dan seterusnya. Semoga Engkau berkenan menganugerahkan rahmat-Nya kepada kami. Engkau adalah sumber segalanya dan penanda waktu dunia. Melalui badan, perkataan, dan pikiran ini hamba bersujud padaMu.
Melihat Dewi Madri yang khusuk berdoa itu, Sang Pandu tersenyum  dan mendekat , menanti sampai  selesai  melakukan.pemujaan, sambil dia pun berdoa moga dia dikaruniai umur panjang.  Setelah itu, Pandu pun berkata dengan suara yang  sangat merdu, " Istriku, betapa mulia hatimu, engkau tabah dan penuh kesetiaan mendampingiku.Â