Bersyukur saya bisa memberikan ASI kepada dua anak hingga usia 2 tahun. Malah lebih sepertinya. Meski proses pemberian ASI tersebut tidak berjalan sempurna, terutama untuk anak sulung. Ada waktu sepekan saya 'kecolongan' akibat kurang pahamnya saya waktu itu tentang inisiasi dini ASI.
Usai melahirkan, saya mendapati si bayi sudah diberikan susu formula oleh entah suster, entah bidan. Tetapi yang saya heran si dokter yang menangani saya anteng, tidak mencoba menegur. Padahal si dokter seorang spesialis yang cukup punya nama dengan gelar tiga biji di belakang namanya,
Alasan di bidan, waktu itu katanya ASI saya belum tentu langsung keluar. Padahal si bayi harus segera diberikan susu.Â
Nah, saking nggak pahamnya, saya nurut saja. Padahal bayi bisa bertahan hingga 24 jam tanpa ASI pasca lahir. Katanya begitu, saya sendiri kurang paham.
Masalah kemudian timbul ketika si bayi sudah pulang ke rumah, ternyata tidak mau menyusu. Sedih, karena produk ASI saya sudah mulai melimpah ruah. Setiap disodori ASI, si bayi menolak dan menangis. Ia lebih nyaman dengan dot susu formula.
Sedih pastilah. Betapa mubazirnya ASI saya. Tak kehilangan akal, saya pun memeras ASI, lalu mencoba menyuapi anak saya ASI dengan sendok, sedikit demi sedikit.Â
Ketika lidahnya sudah mulai terbiasa, akhirnya saya berhasil memberikan ASI langsung dari sumbernya. Butuh waktu sekitar dua pekan untuk membuat lidah bayi saya menyukai ASI dibanding susu formula. Dan perjuangan saya berhasil. Bye-bye dot, selamat tinggal susu formula.
Anak kedua, beda masalah. Sejak bayi merah, ia langsung inisiasi dini ASI. Sudah pengalaman rupanya saya. Tetapi sebenarnya si dokter yang lebih utama yang terus menyemangati saya untuk memberikan ASI.Â
Saya kebetulan pindah dan berganti dokter ketika hamil anak kedua. Tak mau lagi pakai dokter langganan anak pertama.
Problem anak kedua adalah muntah setelah sekian lama menyedot ASI. Entah kekenyangan entah ada masalah lain. Kata orangtua zaman dulu, si bayi lagi nyirami badan. Nggak masalah dan tidak berbahaya.
Sempat saya bawa ke dokter spesialis anak. Pun jawabnya sama, tidak masalah. Butuh kesabaran dan waktu supaya proses anak menyusu bisa optimal.