Ketika itu komunikasi masih sulit. Tetapi melalui sambungan telepon dari petugas di stasiun kereta Cirebon ke telpon kantor, akhirnya saya meluncur menjemput orangtua. Bersyukur lukanya ringan sehingga tidak harus rawat inap berhari-hari. Kenangan pahit.
Saya memang akhirnya harus mukim di Jakarta. Selain karena pekerjaan, kebetulan saya bertemu jodoh orang Jakarta. Jadi sejak itu urusan mudik lebaran jadi agenda tetap setiap tahun.
Nah saya masih mengalami bagaimana orang naik kereta api lebaran, berebut melalui jendela. Sekali lagi, tiket masih dijual melebihi kapasitas kursi.
Saya tidak hanya melihat di televisi bagaimana orang berebut naik kereta melalui kendela. Saya bahkan melihat sendiri di stasiun Senen. Duh, serem banget deh.
Padahal untuk mereka yang mau dapat kursi, juga harus berjuang, rela begadang di stasiun, menunggu loket penjualan tiket dibuka. Dari dinihari calon penumpang sudah antre depan loket, mengular dengan aroma keringat yang aduhai.
Dan suatu malam, kebetulan saya ditugasi oleh kantor untuk memantau stasiun Gambir menjelang sepekan lebaran. Waktu itu jam menunjukkan pukul 12 malam. Stasiun sudah penuh orang yang antre untuk membeli tiket kereta api. Padahal seingat saya, loket dibuka pada pagi harinya sesuai jam kantor. Antrean loket tiket kadang sampai meluber hingga luar stasiun. Bisa dibayangkan bagaimana situasi di stasiun.
Ketika zamannya mendapat tiket kereta api sesulit itu, terus terang saya tidak pernah naik kereta api kalau mudik lebaran. Saya lebih suka memesan travel jauh hari sebelumnya atau bus antar kota antar propinsi di Pulo Gadung. Meski untuk naik bus, acapkali harus rela terjebak macet panjang di sepanjang jalur pantura. Tidak ada pilihan, yang penting bisa mudik lebaran.
Lalu, zaman kenyamanan itu pun tiba. Sekian tahun kemudian, pembenahan dilakukan secara besar-besaran oleh PT KAI. Penumpang lebih tertib, tiket kereta dijual sesuai jumlah kursi, dan pembelian tiket bisa dilakukan tidak harus di stasiun pemberangkatan. Bahkan kemudian tiket bisa dipesan melalui agen travel dan online. Semua seperti sekejap, perubahan itu begitu cepat.
Meski saya mengikuti perubahan layanan PT KAI tersebut tidak serta merta saya menggunakan moda kereta api ketika mudik lebaran.
Saya memilih membawa mobil pribadi agar bisa leluasa membawa oleh-oleh, sekaligus bisa menyulap kursi tengah menjadi tempat tidur bagi anak-anak. Situasi tersebut berlangsung sekitar 7 atau 8 tahunan.Â