Mohon tunggu...
Inung Kurnia
Inung Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Gemar berbagi kebaikan melalui tulisan

Ibu dari Key dan Rindang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sehat dan Bugar pada Lansia, Teman Ngobrol Jadi Poin Penting

12 April 2022   11:37 Diperbarui: 12 April 2022   13:03 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Camilan sehat untuk lansia(dokpri)

Usia kawan saya ini sudah 63 tahun. Tetapi tubuhnya masih kuat, sehat dan bugar. Hanya suaranya yang sedikit parau, meski masih terdengar jelas dan empuk. Secara si kawan ini mantan penyiar radio.

Ia tidak hanya sehat dan bugar. Tetapi masih sangat energik. Masih bisa jalan-jalan ke luar kota sendiri, naik pesawat, kereta api, bis AKAP tanpa ada pendamping. Usia yang sudah tergolong lansia, nyaris tak memberikan perubahan berarti pada aktivitas kesehariannya.

Lucunya meski usianya sudah lansia, si kawan saya ini tidak mau kumpul-kumpul bareng lansia. Undangan senam lansia, pemeriksaan kesehatan di Posbindu dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan lansia, nyaris tak pernah didatangi. Malah nggak pernah sama sekali. Ia lebih enjoy berkumpul bersama bapak-bapak yang usianya masih muda. Kadang malah remaja. Lucu ya?

Saya berpikir awalnya si kawan ini belum menerima apa yang disebut tua tak bisa ditolak. Ia maunya masih muda dan tidak mengakui ketuaannya. Tetapi nyatanya saya salah. Alasan si kawan tidak mau kumpul bareng lansia lain membuat saya terkejut. Katanya kumpul sesama lansia, yang dibicarakan adalah penyakit dan kematian. Bukan membirakana hal-hal yang membahagiakan.

"Jika setiap saat membicarakan penyakit, maka aku yang sehat pun bisa jadi ikutan sakit," tutur si kawan dalam satu kesempatan.

Si kawan bukan tak pernah mendatangi kegiatan lansia. Pernah sekali waktu. Tetapi sepanjang berkumpul dengan lansia, ia mengaku lebih banyak mendengar kisah-kisah menyedihkan terutama seputar penyakit, mulai dari diabetes melitus, hipertensi, jantung hingga stroke.

"Kalau dibombardir cerita penyakit, yang ada aku jadi ikutan sakit. Makanya aku lebih suka ngobrol sama yang muda-muda," lanjut si kawan.

Belum lagi cerita tentang kematian. Orang lansia dimana pun selalu dianggap sebagai golongan yang paling dekat dengan kematian. Padahal mati itu bukan soal umur, bukan soal kaya miskin, bukan pula soal sakit dan sehat. Usia itu bagian dari takdir.

Karena itu dalam aktivitas keseharian, si kawan lebih banyak berkumpul dengan orang-orang muda yang usianya jauh dibawahnya. Usia 40-an bahkan kadang juga remaja. Kata si kawan, berkumpul dan bergaul dengan orang yang usianya masih muda membuatnya juga jadi lebih bersemangat.

"Darah muda macem lagu Rhoma Irama," tukas si kawan sambil tertawa.

Meski kumpul bersama orang-orang muda, si kawan ini tetap sadar diri. Untuk aktivitas fisik yang menguras energi dan kekuatan tulang, tentu sangat dibatasi. Karena bagaimanapun juga fisik tubuh terutama tulang sudah mengirimkan sinyal penurunan.

Juga soal makanan, ketika ada jadwal makan bareng, si kawan ini tetap makan berbagai menu, hanya jumlahnya yang dibatasi.

"Makanan aku nggak pakai pantangan. Tetapi tentu nggak bisa jor-joran kayak waktu masih muda," katanya.

Menurut si kawan, tips sehat dan bugar ala lansia sering lebih berfokus pada pola makan, olahraga dan istirahat yang cukup. Tetapi hampir-hampir tidak menyentuh model sosialisasi orang-orang lansia. Bahkan di tengah masyarakat, sangat familiar ada kelompok senam lansia, kelompok arisan lansia, kelompok pemberdayaan lansia. Anggotanya, 100 persen orang lanjut usia.

Camilan sehat untuk lansia(dokpri)
Camilan sehat untuk lansia(dokpri)

Bagi si kawan, lansia mestinya berbaur dengan orang-orang yang masih muda dan sehat. Tujuannya agar ikutan semangat mereka yang masih muda-muda.

Selain itu, berkumpul dengan orang-orang muda juga mengajarkan makna penghormatan. Mereka yang muda belajar menghargai si tua. Pun si tua, mengajarkan berbagai kebajikan pada si muda.

"Alhamdulillah, mereka yang muda malah ngajeni (menghormati) kehadiran aku di tengah mereka," tambahnya.

Tetapi di luar manajemen pergaulan dan komunikasi, si kawan mengaku tetap sehat dan bugar di usianya yang tak lagi muda tersebut tak terlepas dari pola makan, cara berpikir, aktivitas fisik dan istirahat. Dan hal yang lebih penting lagi adalah banyak-banyak bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bersyukur membuat si kawan tidak terjebak dalam rutinitas yang 'ngoyo' alias kerja tanpa kenal waktu.

Si kawan ini juga berpendapat, selama masih ada keluarga, sebaiknya orang lansia tidak dikirim ke panti jompo. Meski hidup lebih terjamin, tetapi lingkungan akan membuat si lansia menjadi semakin tua.

Itu sebab kata si kawan, dalam Islam, berbakti pada orang tua menjadi salah satu pintu surga yang paling luas. Sebab merawat orangtua tentu membutuhkan kesabaran dan ketelatenan, apalagi kalau orangtua sudah memiliki riwayat penyakit dan keluhan kesehatan.

Si kawan hanya perpesan singkat, seperti apapun kondisi kita, jangan pindahkan pintu surga yang sedemikian luasnya ke panti jompo. Rawat orangtua sebisa dan semampu kita. Berkah selalu ada bagi anak yang memberikan baktinya pada orangtua. 

Demikian...

***

Mampang Prapatan 12 April 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun