Itu sebab, setiap ada undangan bukber, saya selalu survey tempat shalat dulu sebelum acara buka puasa bersama. Tujuannya, begitu saya batalkan puasa dengan minuman, saya bisa langsung shalat magrib dulu. Sebab jika harus makan dulu, yang ada antrean di tempat shalat mengular. Duh, tidak nyaman sekali.
Belum lagi persoalan dihadang kemacetan di sepanjang jalan. Kota Jakarta menjelang magrib adalah biangnya kemacetan. Tak terkecuali pada bulan puasa.Â
Orang berlomba-lomba cepat sampai rumah untuk bisa buka puasa bersama keluarga. Maka jika hendak menghadiri acara bukber, kadang prepare waktu yang dibutuhkan berjam-jam sebelum acara dimulai, takut macet di jalanan.
Macet juga menghadang usai buka puasa, sehingga soal terlambat atau bahkan tidak bisa mengejar jadwal shalat tarawih di masjid pasti potensinya sangat besar. Sampai rumah sudah lelang menembus macet, akibatnya langsung tidur. Jangankan tadarus, shalat taraweh secara mandiri pun bisa lewat.
Sekarang jika ada pilihan menolak undangan bukber, saya pastikan bahwa saya akan memilihnya. Kalau memang relasi, teman atau siapa sajalah yang memang mau berbagi hidangan berbuka puasa, bisa dikirimkan ke rumah. (Mau saya)..Lebih praktis, lebih ikhlas pasti.
Maka ketika pemerintah kasih pengumuman dilarang mengadakan bukber, saya pun tersenyum lebar, senang bukan main. Semoga saja memang saya tidak mendapatkan undangan bukber ya.Â
Biar saya dan keluarga lebih fokus ibadah Ramadhan, bisa menikmati bulan Ramadhan sepenuh hati. Bulan penuh berkah, bulan penuh hikmah, bulan penuh ampunan..
Mampang Prapatan 8 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H