Mohon tunggu...
Inung Kurnia
Inung Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Gemar berbagi kebaikan melalui tulisan

Ibu dari Key dan Rindang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pedagang Asongan, Riwayatmu Kini...

4 Maret 2022   12:29 Diperbarui: 5 Maret 2022   10:38 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Endi tidak sendiri. Ada banyak pedagang asongan yang mengalami nasib hampir serupa. Ada tukang bubur ayam yang belakangan sudah tak lagi terdengar suaranya, ada ibu-ibu tukang kue yang juga tak lagi terlihat melintas, ada tukang ketoprak yang tinggal satu dua saja, ada tukang buah yang muncul hanya sesekali dalam sepekan.

Mereka semakin sulit mendapatkan pelanggan meski sistem jualannya door to door, menghampiri ibu-ibu yang sebenarnya gagap teknologi, tidak familiar dengan toko online.

"Banyak bersisa sekarang. Orang jajan sudah pada pakai handphone," keluh Mak Yati, pedagang kue tradisional yang muncul hanya sekali dua kali.

Rubiyah, pedagang kerupuk ikan pun mengalami hal serupa. Ia berkeliling membawa kerupuk ikan dan kerupuk gendar dari gang satu ke gang lain. 

Selisih yang diambil tak seberapa, hanya kisaran 2000 hingga 3000 Rupiah per kantong. Sehari bisa bawa 15 kantong kerupuk. 

"Jika habis saya dapat untung nggak sampai 40 ribu. Tapi amat jarang bisa habis. Palingan laku 8 sudah bagus banget," katanya.

Jangan lihat rupa kakinya. Meski menggunakan alas sandal jepit yang nyaman dipakai, garis-garis kulit retak di sekitaran tungkai kaki perempuan paruh baya tersebut nampak nyata. Pertanda rute yang ditempuh tiap hari bukan jarak yang hanya sepanjang gang.

Menghilangnya para pelanggan pedagang asongan tersebut ada banyak penyebab. Tetapi yang pasti membanjirnya toko online lengkap dengan program diskon dan promosi besar-besaran yang makin menjamur sejak pandemi, menjadi salah satu penyebabnya. 

Konsumen mau membeli produk apapun, banyak yang memilih beli melalui aplikasi. Perabotan rumah, makanan, produk fesyen hingga camilan dan produk elektronik. 

Harganya lebih murah dan diantar langsung depan pagar rumah. Setiap saat bisa belanja, tidak harus menunggu abang pedagang melintas.

Mau beli bubur ayam, tidak harus datang ke pangkalan. Mau beli martabak tinggal cari di aplikasi. Mau ke pasar tradisional, cukup masuk ke toko online. Tidak perlu antre, tidak perlu menyiapkan uang parkir. Tidak perlu juga pakai jurus menawar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun