Dengan asumsi sehari Bang Aswin berhasil menjual tahu 100 potong, maka keuntungan yang dibawa pulang sama dengan 400 dikalikan 100, ketemu angka 40 ribu rupiah. Tetapi jika Bang Aswin bisa bawa 200 potong, maka keuntungan yang dibawa pulang bisa mencapai 80 ribu rupiah.
Bang Aswin memang lega bisa kembali jualan tahu. Tetapi dengan harga yang sudah berubah, ia tidak tahu apakah 100 potong tahu atau 200 potong tahu bisa dihabiskan untuk sekali keliling kampung.
"Ibu-ibu di sini kalau pagi pada ke warung. Harga tahu yang saya jual sama dengan harga di warung. Tapi mereka memilih beli tahu saya, supaya dagangan saya ada yang beli, supaya saya bisa bawa pulang uang," kata Warga Mampang Prapatan, Jaksel tersebut sambil tersenyum tipis.
Dalam sepekan, Bang Aswin jualan 6 hari. Sehari lainnya digunakan untuk istirahat, terkadang ke mushola untuk ikut bersih-bersih.
Dengan penghasilan rata-rata Rp240 ribu per minggu, Bang Aswin yang belum lama ini kehilangan istrinya akibat menjadi korban ganasnya Covid-19, harus bisa menyisikan  sebagian untuk membayar kontrakan.Â
Sebulan, kontrakan yang hanya berupa satu ruangan ukuran 4 x 4 meter harga sewanya Rp300 ribu. Sisanya untuk isi pendaringan alias beli beras, beli sayur dan lauk, ditambah bayar listrik.Â
Anak semata wayangnya beruntung dapat KJP sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untu menunjang sekolahnya.
"Kalau pas bisa bawa 200 potong, lumayan untungnya. Bisa bayar kontrakan. Tapi kalau pas nggak bisa, terpaksa saya minta bantuan ke pelanggan. Saya sebenarnya malu, tapi mau diapain lagi," tambahnya.
Meski sering mendapat bantuan sekadar menutupi kekurangan uang kontrakan, Bang Aswin tidak lantas mengandalkan. Amat jarang dia mengetuk pagar pelanggan untuk pinjam atau minta bantuan.
"Kalau terpaksa banget, saya bilangnya utang. Tapi mereka tahu saya nggak bakalan bisa bayar. Makanya suka dibantu," tukasnya.