Ini tulisan edisi curhat tentang kompetisi samber bulan ramadhan kemarin.
Rasanya ingin mengucapkan syukur.
Akhirnyaaaa...
Selesai juga menulis di kompasiana selama bulan ramadhan.
Samber THR adalah kompetisi menulis selama bulan ramadhan. Kompetisi ini mengharuskan peserta konsisten untuk menulis setiap harinya.
Saya pribadi merasa tertantang mengikuti kompetisi ini (jiwa kompetitif muncul). Kompetisi ini membuat saya harus berusaha untuk membuat tulisan secara konsisten pada bulan ramadhan kemarin.
Saya pribadi dari dulu berkeinginan untuk membuat blog. Tapi selalu saja melakukan prokrastinasi - penundaan. Ada saja alasan untuk tidak menulis. Padahal cukup banyak draft yang saya miliki.
Pada satu ketika menjelang bulan ramadhan, saya membuka kompasiana dan melihat ada kompetisi samber.Topik sudah disediakan, peserta diminta untuk menulis sesuai dengan topik yang ada selama 30 hari.
Di tahun 2019, saya sudah pernah ikutan juga kompetisi samber ini. Ini adalah pengalaman kedua kali, setelah yang pertama kalinya gagal. Gagal konsisten bikin tulisan berturut turut.
Berikut ini beberapa alasan ketidakberhasilan dalam membuat tulisan:
1. Waktu Pengerjaan
Waktu pengerjaan dalam membuat tulisan itu sekitar 1 - 2 jam sebenarnya. Pengerjaannya akan mudah bila sudah dapat ide ingin menulis apa. Tapi memang ada jiwa prokrastinasi. Baru dapat ide di malam hari sekitar jam 9 atau 10 malam. Sedangkan tulisan harus sudah dipost sebelum pukul 12. Kelimpungan yang ada.
Menulis memang perlu manajemen waktu yang baik. Ketika dapat ide, ada baiknya langsung ditulis atau diketik saat itu juga. Sehingga tidak lupa dan pengerjaannya bisa lebih cepat selesai.
2. Kurang menguasai Topik dan Jenis tulisan
Dalam tantangan samber ini memang sudah disediakan topik yang harus ditulis. Ini sebenernya sih sudah merupakan kemudahan tapi bagi saya, ada beberapa topik yang membutuhkan referensi sebelum bisa jadi tulisan. Tantangannya adalah mesti cari referensi buat tulisan yang sesuai topik.
Selain itu samber menantang peserta untuk membuat beberapa jenis tulisan. Bukan hanya dalam bentuk artikel saja tapi juga dalam bentuk liputan, cerita fiksi, essai, bahkan juga membuat video. Butuh waktu untuk membuat dan mempelajari jenis tulisan tersebut.
3. Kurang paham ketentuan penulisan
Dalam membuat tulisan, ada sekitar 2 atau 3 kali saya kena tegur dengan alasan:
a. Tidak mencantumkan sumber gambar.
Ini bukan suatu kesengajaan sebenarnya. Karena saya terburu buru bikin tulisan jadi lupa mencantumkan sumbernya. Makanya ketika dapat teguran ini saya sempat tidak terima. Maksudnya sih minta kesempatan buat bisa diedit. Mau balas inbox gak bisa. Alhasil, gambarnya pun dihapus oleh tim moderator, hiks.
b. Menghapus tulisan dan mengepost tulisan dalam waktu yang berdekatan.
Â
Saya sempat salah menulis tag. Saya putuskan untuk hapus tulisannya dan saya post ulang. Ternyata hal tersebut tidak diperbolehkan karena dianggap spamming. Lagi lagi saya merasa sedih karena tulisannya jadi tidak ke post hari itu. Tolonglah mimin kompasiana, fitur edit setelah tayang disediakan. Kasianilah manusia yg ceroboh ini (baca : saya)
Itulah yang terjadi ketika menulis samber dan beberapa penyebab ketidakberhasilan menulis secara konsisten.
Sebenarnya ada sih beberapa kali kejadian yang terulang seperti tahun 2019 di tahun 2020 ini. Tapi, tahun ini lebih baiklah karena lebih banyak tulisan yang bisa dibuat. Saya pun merasa lebih "dipaksa" untuk menulis. Mencari ide agar sesuai topik, membuat alur tulisan, mempelajari lagi bentuk jenis tulisan, berpikir kreatif.
Kompetisi ini memberi pelajaran untuk bisa konsisten dalam menulis. Senang saya ada kompetisi samber ini. Sering sering diadakan aja, min kompasiana. Biar banyak yang tergerak untuk menulis nih. hehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H