Mohon tunggu...
Intifada
Intifada Mohon Tunggu... Pegawai - Amtenar

Curhat pakai tulisan itu asyik

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Cerita Ramadhan 2020

5 Mei 2020   23:51 Diperbarui: 5 Mei 2020   23:49 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan ramadhan kali ini berbeda dari bulan ramadhan biasanya. Ramadhan yang berbeda karena adanya pandemi corona 19.

Bulan ramadhan biasanya dimulai dengan bunyi panggilan sahur dari orang-orang yang berkeliling bawa bedug. Saat ini ramadhan hanya diisi dengan suara panggilan sahur dari mesjid.

Bulan ramadhan yang biasa ramai orang ke masjid untuk ibadah. Sekarang harus dilakukan di rumah saja.

Ramadhan yang dipenuhi dengan pilihan takjil, undangan buka bersama sekarang penjualan takjil dibatasi dan buka bersama dilakukan secara online.

Akhir ramadhan yang biasanya dipenuhi dengan pembahasan THR, kue khas lebaran, baju baru dan persiapan acara silaturahmi, sekarang berubah menjadi bagaimana cara agar bisa bertahan hidup.

Lebaran yang biasanya disambut sukacita oleh para perantau, namun kesedihan yang muncul dikarenakan adanya larangan tidak mudik untuk bertemu keluarga, kerabat dan sahabat.

Mengalaminya?

Hampir semua orang akan menjawab ya. Kalau perubahan itu memang terjadi. Keadaan sekarang berbeda dari tahun sebelumnya. Keadaan yang kata orang harus dianggap sebagai hal normal saat ini. Agar kita tidak selalu berpikiran "kapan ini berakhir"

Adaptasi dan bersyukur

Kedua hal tersebut yang harus dapat kita lakukan sekarang ini. Menunggu kapan berakhirnya pandemi adalah sesuatu hal yang tidak pasti. Kita memang tidak bisa hanya menunggu, tapi juga perlu sesegera mungkin beradaptasi dengan keadaan.

Awalnya memang hal ini bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Berubah memang harus dilakukan agar selamat dari proses seleksi alam. Masa ini adalah masa seleksi alam. Beradaptasilah untuk bisa mengatasi perubahan yang ada.

Saya sendiri mengalami beberapa hal yang disebutkan. Sedih, takut, kalut, cemas semua berkumpul jadi satu. Sedih tidak bisa mudik, takut dengan virus ini, kalut dan cemas karena semuanya seperti tidak pasti kapan berakhirnya. 

Tapi kemudian saya memilih untuk beradaptasi. Mengalihkan fokus pikiran ke arah lain. Melakukan kegiatan yang memungkinkan untuk bergerak, seperti berolahraga, melakukan pekerjaan rumah tangga, mengerjakan tugas kantor, dan mencari hobi baru, meditasi. Semua saya lakukan agar tidak terpaku pada hal yang negatif tersebut.

Apakah sulit? Tentu saja. Fase yang akan dihadapi seperti denial, marah, tidak terima, kesal, frustasi, menyalahkan akan muncul dan pada akhirnya muncul fase menerima.

Bersyukur adalah fase menerima dan juga menjadi kunci untuk bisa kuat dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Bersyukur bisa membangkitkan perasaan positif pada tubuh, sehingga sistem imun dapat terjaga. Saat ini kita butuh imun yang kuat, agar tidak terkena virus. Tubuh dengan imun yang kuat akan menghasilkan pikiran yang sehat.  

Saya masih berusaha di tahap terakhir. Tahap menerima dan bersyukur terus bersyukur dengan semua yang terjadi. Semua ini memang berat tapi kita pasti bisa.

Bulan ramadhan tahun ini, anggap saja kita sedang dalam keadaan "derita" dan yakinlah kalau derita ini akan menjadi sukacita. Tidak ada akhir yang tidak bahagia.

Semangat untuk kita semua

Kita pasti bisa MENANG

John Lenon
John Lenon

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun