Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Parameter Ketenangan Bathin Manusia dan Cara Memperolehnya

27 September 2022   10:30 Diperbarui: 27 September 2022   10:49 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idea (Sumber: Freepik)

8. Enough Tranquility, Ketenangan Bathin lebih menguat dibanding kehadiran masalah. Cukup tenang dalam menghadapi masalah, hanya saja jangan keras kepala jika dirasa diri berbuat kesalahan, rasakan kebermanfaatan dan kerugian dari apa yang dihadapi secara bijaksana (seperti saat menerima kritikan dan nasihat dari orang yang bijak), atau ketenangan bathin ini sewaktu-waktu berubah menjadi petaka.

9. Near Tranquility, Ketenangan Bathin sangat mendominasi diri. Jangan biarkan dirimu terjebak dengan ketidaktahuan dan tidak mau belajar hal-hal baru, karena itu bisa merampas ketenangan bathinmu disebabkan ketidaksiapan menghadapi permasalahan sepele yang sewaktu-waktu bisa menjadi masalah yang besar dan beresiko.

10. Tranquility, Ketenangan Bathin secara totalitas mendominasi. Hidup anda bebas dari permasalahan, karena kebijaksanaan diri anda, Keluasan wawasan subjektif dan kemampuan-kapabilitas anda dapat memecahkan permasalahan.

Cara untuk meningkatkan kualitas parameter ketenangan bathin anda adalah:

  • Memperkaya literasi terutama yang berkaitan dengan Ilmu Humaniora yang dapat dirasakan kebermanfaatannya.

  • Berjuang demi kemanusiaan, seperti memberikan pencerahan spiritual, pencerahan ilmu dan lainnya tanpa harap imbalan materi. Jika berharap imbalan materi, maka kemampuhannya bisa redup.

  • Melibatkan diri dalam aksi derma dan kebaikan yang tulus, tak harap kembali atau pamrih.

  • Membiasakan sedekah apapun yang dimiliki (mau itu ilmu ataupun harta). Bukan masalah jumlah, tapi frekuensi konsistensi dalam bersedekahlah yang diutamakan karena membuat hati semakin tajam dalam menentukan nilai baik dan buruk, benar dan salah, dan memaknai kata-kata bermakna yang tertulis dalam kitab suci maupun sebuah kisah yang sarat hikmah pembelajaran.

  • Biasakan hidup dalam kejujuran, jujur merupakan lambang kekuatan dan kebermampuan. Sementara kebohongan dapat menimbulkan permasalahan hidup juga melemahkan karakter.

  • Rekonstruksi pemikiran, deteksi jika ada pemikiran-pemikiran yang dipenuhi oleh sifat-sifat negatif yang menghancurkan karakter diri seperti: Kebencian, Dendam, Dengki, dan lainnya. Lalu buang pemikiran destrukif tersebut dan anggap sebagai racun dalam pikiran diri.

  • Rajin membaca kitab suci dan pahami pesan hikmah yang disampaikan.

  • Biasakan diri agar tidak mengukur segala hal dengan materi, karena kebahagiaan itu berkaitan dengan ketenangan bathin, yang bersumber dari moralitas dan etisnya diri kita dalam berkehidupan.

  • Mempertajam kemampuan diri sesuai bidang yang dikuasai dan dicintai untuk diamalkan.

  • Menghindari makanan dan minuman yang mereduksi kesadaran, seperti rakus saat makan daging-dagingan, kebiasaan merokok, dan minum minuman keras.

  • Khusyu dalam beribadah, artinya pikiran, hati, lisan, dan gerakan ibadah dalam satu kesatuan kesadaran dan menjaga sembahyangnya senantiasa dengan konsisten (Sumber: Al-Quran Surah Al Muminun ayat 2 dan ayat 9)

  • Menjaga lisan dan tulisan dari perkataan yang tiada berguna. (Sumber: Al-Quran Surah Al Muminun ayat 3)

  • Menjaga kemaluan dari segala perbuatan yang melanggar moralitas. (Sumber: Al-Quran Surah Al Muminun ayat 4)

  • Memelihara amanah yang dipikulnya dengan rasa penuh tanggungjawab (Sumber: Al-Quran Surah Al Muminun ayat 8)

Demikian selamat mengukur diri dan mengaplikasikan!

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 27 September 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun