Karena menurut ilmu Neurosemantic yang membahas tentang pemaknaan (banyak artikel saya membahas keilmuan ini). Bahwa kata-kata yang terucap dan tertulis mencerminkan kejiwaan kita.
Jangan biarkan sang anak yang sudah terlanjur dalam ketidaksadaran, mencari-cari membujuk rayu kedua orang tuanya untuk mencarikannya seorang yang satu frekuensi dengan dirinya untuk konsultasi.
Karena itu adalah hal yang memeras waktu, tenaga dan finansial keluarga. Karena kita bakal bertemu orang yang mengaku "Bisa" terkadang memakai jubah pakaian religius, ternyata hanya memeras keuangan sang korban, malah jadi korban penipuan. Ini terjadi pada perjalanan hidup saya dan kedua orang tua saya selama belasan tahun. Kami diperas secara materi oleh orang-orang yang mengaku "Bisa" tersebut.
Pelajari apa yang sang anak baca, dengarkan, tonton, dan mainkan melalui gawainya. Sebagai referensi untuk kedua orang tua dan orang terdekat anak yang sakit, agar kita dapat merasakan apa yang dirasakan sang anak (berempati). Namun hati-hati dan waspada dengan referensi tersebut.
Orang tua dan orang terdekat wajib memiliki pondasi Keimanan yang kuat, agar tidak ikut-ikutan terpengaruh oleh dampak bacaan-bacaan, musik, tontonan dan permainan games yang sang anak nikmati.
Esensi untuk kesembuhan sang anak tak lain adalah mengarahkannya untuk mengucap Nama Suci Tuhan dan mengingat kebesaran-Nya. Saya merasakan kesembuhan dari ketidaksadaran yang melanda selama belasan tahun. Semenjak saya membaca tulisan tentang kisah Al-Masih Ad-Dajjal dan Nama-Nama Setan dan Iblis dari bacaan, musik, tontonan anime, dan Games saat usia saya 16 tahun.
Dan pada usia 17 tahun Nama-Nama Makhluk tersebut pada akhirnya menguasai pikiran saya, hingga akhirnya selama belasan tahun saya dalam pengaruh godaan mereka semua yang dimurkai Allah. Saya mencapai kesembuhan total di usia saya yang ke 28 (saat ini di tahun 2022 saya berusia 28 tahun). Dan mulai derma menulis di Kompasiana atas arahan seorang pemeluk ajaran Sanatana Dharma yaitu Bli Ngarayana yang juga dahulu pernah menjadi Kompasianer.
Menulis hal-hal yang bermanfaat untuk orang banyak di Kompasiana pun adalah salah satu bagian dari proses penyembuhan mental dan kesadaran.
Karena disinilah kata-kata kita mulai tersusun, terstruktur, dan enak untuk dibaca oleh para pembaca setia kita. Kata-kata mencerminkan kejiwaan kita, dan bisa menentukan nasib kita kedepannya.
Jadi hati-hati dengan perkataan kita, seperti dalam Ajaran Islam yang saya anut, dalam keterangannya menyebutkan Orang-orang beriman dan bertakwa selalu menjaga lisan dan perbuatannya.
Demikian tulisan yang saya paparkan.