Uang menawarkan sebuah sistem yang bernama, parameter kekayaan dan kemiskinan. Apabila kita masih mengandalkan uang, pasti akan selalu ada sebutan "Si Kaya" dan sebutan "Si Miskin". Maka kesejahteraan yang sebenarnya titik keseimbangan dari kekayaan dan kemiskinan tidaklah akan tercapai. Masyarakat akan terpolariasi dengan golongan kaya dan golongan miskin.
Kita sendiri sebenarnya menyadari, dengan sistem yang ditawarkan oleh Uang ini, sifat rakus dan serakah gelap mata untuk mengumpulkan uang makin meraja. Kita lihat sendiri kejahatan kerah putih sampai kejahatan penjambretan dijalanan terjadi karena demi selembar kertas yang dianggap masyarakat berharga.
Berbagai media berita sebenarnya memperingatkan kita untuk sadar, bahwa uang ini adalah sumber kejahatan. Bagi yang kaya, harus siap-siap menjaga hartanya dari kejahatan para perampok yang tidak puas. Bagi yang miskin, harus siap menghadapi kenyataan, bahwa besok ia harus makan apa, maka segala cara mesti ditempuh agar bisa mendapatkan uang agar tetap hidup di hari esok.
Betapa kerasnya dan tidak cocok kehidupan yang bersandar pada uang untuk negeri ketimuran seperti Nusantara ini. Yang ada hanyalah konflik sosial-ekonomi, adu mulut, dan perampokan kelas kakap hingga kelas teri makin menjadi-jadi. Apakah kita sudah menyadari kejahatan yang hadir dibalik dari eksistensi uang untuk kehidupan kita semua?
Pada realitanya uang tidak berharga bagi kehidupan rohani yang kekal, seperti dalam kehidupan surgawi yang kekal yang diterangkan oleh firman-firman Tuhan dalam kitab suci. Tuhan malah mempertanyakan kepada kita yang memiliki uang berlimpah, apa saja yang kau gunakan dari uang yang kau miliki, untuk apa, dan kepada siapa uang ini diperuntukkan, semasa hidup di alam dunia?
Yang ada hanyalah tuntutan pertanggungjawaban dari Tuhan, dari semakin banyak uang yang ada dalam genggaman dan simpanan kita, di hari kemudian. Itu juga kalau saudara-saudari budiman percaya akan hari pertanggungjawaban. Saya tidak meminta saudara-saudari percaya atau tidak, karena yang merasakan kehidupan setelah kematian, itu pribadi masing-masing, sesuai amalan hidup di alam dunia.
Pertanyaannya kalau Uang dilenyapkan dari sistem perekonomian apa saja dampaknya?
Sebenarnya ini cukup serius, menimbang negara ini masih terikat hutang dengan Negara-Negara Adikuasa. Kita baru bisa berlepas dari Sistem yang Uang tawarkan, apabila seluruh negara adikuasa, begitu tak berdaya menghadapi krisis akibat mempertahankan sistem uang. Hingga akhirnya kesadaran manusia di dunia akan betapa berbahaya-nya sistem yang uang tawarkan untuk kesejahteraan itu bangkit. Maka Negeri kita berkesempatan untuk melepaskan diri dari jebakan sistem yang ditawarkan uang.
Tapi kalau Pemerintahan kita cukup berani ambil resiko saat ini (present time tahun 2022), dengan tidak lagi memberlakukan uang sebagai alat tukar dalam perekonomian, ini tentu dapat memantik perhatian Negeri Adikuasa yang sudah memberikan pinjaman hutang pada negeri kita.
Apakah kita memiliki kuasa untuk lepas dari perhatian sinis mereka?
Sejatinya saya menganalisis akan apa rencana matang pemerintahan Era Presiden Jokowi kedepannya. Saya hanya berasumsi, bahwa agenda Revolusi Mental yang digerakkan saat ini, menunjukkan, akan terjadi Revolusi Ekonomi besar-besaran di kemudian hari, hingga sistem belief manusia pada akhirnya menyadari, bahwa sebenarnya Uang adalah perangkap Iblis.
Dengan demikian... Pertanyaan pertama yang saya tulis di artikel ini saya jawab: