"Terima kasih Yaa Allah... Engkau telah menyelamatkan perjalanan kami." Ucap Adinda selamat mengantarkan saya pulang ke Rumah, walau ia pun masih memiliki tugas yang menumpuk dari sekolahnya.
***
Kisah panjang itu berlalu. Dimana saya dalam kondisi penuh ketidaksadaran. Disanalah Adinda hadir selalu, menjadi sang pengemudi kendaraan di kala saya rapuh.
Adinda berhasil menjaga saya dengan penuh kesuksesan selama Ibunda dan Ayahanda berjuang mencari juru sembuh saya.
Adinda adalah sahabat dikala suka maupun duka. Selalu ada dimana gelisah mendera. Ia memberikan dukungan terbaiknya, dengan menjaga saya dibalik bayang-bayang tanpa sepengetahuan saya.
Adinda berperan menjadi seorang kakak. Seorang gadis tomboi di masa lalu, yang kini menjelma menjadi seorang yang penuh keceriaan dan kelembutan ucap, namun semangatnya selalu membara membela kakak tercinta yang lemah kala itu.
Kini adinda sukses dengan karirnya, walau saya hanya bisa tinggal di Rumah tak kemana-mana. Adinda selalu mendermakan rezekinya kepada saya seorang pengangguran. Betapa malunya saya yang belum bisa memberikan materi, terkadang uang yang diberikan adinda, saya belikan kado ulang tahun untuknya. Dan Adinda tetap menerimanya dengan senyum tulus, ucapnya "Makasih Aa."
Saya doakan semoga Allah S.W.T meng-anugerah-kan Pasangan hidup untuknya yang selalu menjaganya penuh kasih, kesetiaan dan semangat membara sebagaimana ia menjaga saya sedemikian rupa. Aamiin YRA
Izinkan saya menulis puisi untuk kisah Adinda sebagai penutup kisah ini.
A-dinda kau sungguh perkasa dan indah bak permat-A.
D-iriku kagum dengan derma kasih dan kebulatan teka-D.
I-zinkan kakakmu bersyair tentang kisah yang terbukt-I.
N-iat sucimu padaku yang terpuruk, nyata dengan kehadira-N.
D-entuman semangat dirimu mengaung di tengah jaga-D.
A-ku tentu kenang selalu engkau sebagai sang penjag-A.
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 6 Juli 2022.
Indrian Safka Fauzi untuk Kompasiana.