Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Renungan Waisak: Tuhan Hanya Bisa Dipahami dengan Sifat Welas Asih dan Bhakti

16 Mei 2022   04:00 Diperbarui: 16 Mei 2022   04:41 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri (Saya dan Nuki/Merpati Pos piaraanku)

Saya mengalami perjalanan panjang untuk dapat memahami Tuhan, dimulai belajar bersama para sufi (ahli tasawuf) hingga belajar Veda (Bhagavad Gita dan Srimad Bhagavatam) bersama para Vaisnava (Penyembah Sri Vishnu) masih di daerah Jawa Barat saya bereksplorasi bertualang selama 10 tahun guna mendapatkan pencerahan dan kesembuhan karena sakit psikis yang belum bisa disembuhkan saat itu dan kegilaan hidup yang saya alami dari saat saya berusia 17 tahun.

Adapun salah satu guru sufi saya senang berdialog dengan pemuka Agama Buddha di Vihara Buddha, beliau bernama bapak Engkos Kosasih, tinggal di daerah Dago, Bandung Jawa Barat. Beliau sering bercerita pengalaman spiritualnya bersama para bhikku kepada saya perihal pengetahuan tentang "Mengaji Rasa". 

Rasa itu berkaitan dengan hati. Beliau selalu mengajarkan pada saya tentang keutamaan kekayaan hati, keluasan hati, kejembaran hati, hidup penuh sifat welas asih agar kita mampu memahami Tuhan Yang Maha Esa.

Demikian pun terkisah saat saya bertemu para Vaisnava di salah satu Ashram yang ada di Citeko, Bogor, Jawa Barat. 

Beliau para Vaisnava menjelaskan bahwa dengan sifat sattvam (kebaikan) yang tulus terus menerus diperjuangkan dan diamalkan dalam berkehidupan, maka kita berkesempatan untuk meraih jalan bhakti untuk memahami Tuhan. Sampai saat ini saya masih dalam asuhan Vaisnava bernama Guruji Matsya Avatara Dasa untuk memahami Sastra Veda.

Pengetahuan tentang welas asih dan jalan bhakti saya pegang teguh untuk diamalkan dalam peribadatan Syariat Islam yang selama ini saya jalankan. Maka saya Shalat demi menyerahkan seluruh hidup dan matiku kepada Allah dan bentuk pelayanan bhakti-ku kepada Allah sebagaimana bunyi bacaan iftitah "Sesungguhnya shalatku ibadahku, hidupku, matiku semata hanya untuk Allah."

Dan untuk mengamalkan pengetahuan welas asih dari Ajaran Buddha yang dilisankan oleh Guru Sufi saya Bapak Engkos Kosasih, saya berbhakti melayani binatang peliharaan saya yang ada dirumah saya. 

Yaitu Para Merpati Pos penunggu Rumah saya, yang keluarga saya besarkan dimana kami pernah dipinjamkan sepasang Merpati Pos agar anak anak yang lahir, boleh menjadi milik kami dan kami pelihara, dari sahabat kakek saya. 

Dan Nuki adalah satu-satunya merpati Pos yang saya katakan "beruntung" karena bisa akrab dan bermanja kepada saya, karena semasa masih kecil, Nuki tidak dirawat oleh "kedua orangtuanya". 

Nuki berada dalam pemeliharaan saya, saya suapi makan minumnya, saya bersihkan "pup"-nya, saya mandikan agar segar, hingga ia dewasa dan bisa makan sendiri dari pakan burung yang keluarga kami sediakan. Terkadang Nuki yang manja selalu masuk kerumah untuk saya usapi kepala dan punggungnya seperti yang ada di foto.

Kemudian Keluarga saya punya burung peliharaan Jalak Putih, ia bernama Whiteblack yang sering disapa akrab Weki. Uniknya Weki berbeda dengan burung Jalak Putih pada umumnya yang selalu dikurung dalam kandang burung. 

Weki kami bebaskan karena kecerdasannya. Semenjak pernah kabur saat diberi makan adik perempuan saya di kandangnya ketika kedua orang tua kami sedang menjalankan ibadah Umrah. 

Adik saya sampai mengangis mengalirkan air mata atas kejadian ini. Kemudian kami berdua berdoa setelah Shalat Maghrib dan Isya, agar Allah Ridha memberikan keajaiban Weki mau pulang kembali.

Dan benar besok harinya Weki sudah masuk kedalam kandang burung yang kami sediakan anggur dan apel. Kami bersyukur sekali Allah Ridha mengabulkan doa kami. Dari kejadian itu, Weki kami beri kebebasan, untuk tidak kami kurung, dan dia mengerti bahwa rumah kami adalah rumahnya.

dokpri (Saya dan Weki/Jalak Putih piaraan keluarga)
dokpri (Saya dan Weki/Jalak Putih piaraan keluarga)

Weki yang manja selalu berteriak "WEK!" yang artinya dia lapar, mau makan Tahu Kuning atau Buah Anggur segar makanan favoritnya. Saya bergegas lari, walau disaat kesibukan apapun termasuk sedang mengetik membuat tulisan di kompasiana. 

Saya dengan segenap jiwa dan raga, memberi makan Weki dan menyuapinya. Sebagai bentuk saya meluhurkan makhluk Allah dengan melayaninya sepenuh hati dengan sifat welas asih dan pelayanan Bhakti seperti Umat Hindu dan Buddha amalkan dalam kehidupan.

Demikian kisah saya. Sebelum menuju tujuan paling puncak hidup saya melayani Tuhan Yang Maha Bijaksana setelah saya wafat nanti. 

Saya mendedikasikan diri melayani Kedua Orang Tua, Adik tersayang, dan hewan-hewan peliharaan yang ada dirumah segenap hati dan semampu saya disaat kesempatan hidup di masa sekarang, tentunya sebelum saya berumah tangga, dan optimisme saya nanti jika dipanggil untuk memenuhi Tugas untuk mengabdi melayani bangsa dan negara, apabila saya benar-benar dibutuhkan masyarakat sesuai urgensi zaman.

Selamat Waisak 2022!

Dokpri (Foto Pemanis)
Dokpri (Foto Pemanis)

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 16 Mei 2022.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun