QS. Ali Imran ayat 140 berbunyi:
"Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim."
Pada ayat diatas ada tulisan "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran.)" Maka hal ini menandakan dalam hidup kita pun sejatinya mengalami kejayaan dan titik terendah yang dipergilirkan bagaikan roda yang berputar.
Kita pernah mengalami suatu titik terendah kita dimana kita telah mendapatkan ujian kehidupan yang membuat kita merasa sendiri menghadapinya. Dimana orang orang yang dahulu akrab mulai meninggalkan kita. Dan keadaan-keadaan sengara dan derita yang menggerus identitas kita sehingga kita menganggap diri kita berada dalam jurang palung kehinaan.
Namun kita pun pernah mengalami titik kejayaan dimana kita diposisikan tertinggi oleh kehidupan, banyak orang-orang yang mau dekat dengan kita. Menjadikan diri sebagai seorang yang penting dalam kehidupan. Siapapun menjadi tertarik untuk bertemu dengan kita.
Itu semua Allah pergilirkan sebagai bentuk pembelajaran bagi kita. Bahwa tidak ada kesedihan yang abadi, dan tidak ada kesenangan yang abadi di alam dunia ini.
Membuat kita semakin bijak ketika berada di posisi terendah, dengan bangkit dan kembali berjuang mendedikasikan hidup yang terbaik demi kebermanfaatan hidup, bukan menjadi semakin terpuruk dan tetap tenggelam dalam kubangan keputus-asaan.
Membuat kita semakin bijak ketika berada di posisi tertinggi, dengan mempertahankan perjuangan kita, mendedikasikan hidup yang terbaik demi memberikan pertolongan hidup, bukan malah mengeksploitasi sesama kita, bukan menjadi diri yang arogan dan merendahkan seorang yang nasibnya kurang mujur daripada kita.
Ayat Quran diatas kita maknai sebagai pengetahuan Ruhani. Sehingga kita mengaplikasikannya guna siap menghadapi masa-masa terendah dan masa-masa kita dalam puncak kejayaan. Tidak menjadi lupa diri, dan tidak menjadi frustasi.
Tidak selamanya wafat dimasa-masa titik terendah seperti yang Di alami Sri Krishna itu sesuatu yang ditakuti. Dimana beliau harus kehilangan kerajaan yang dipimpinnya karena perang saudara, dan wafat dalam keadaan telapak kakinya terpanah oleh seorang Pemburu bernama Jara secara tidak sengaja.
Namun kisah perjuangannya dari masa kecil menyelamatkan Desa Vrindavan dan Nasib Kedua Orang Tuanya dari tangan Paman Kamsa. Juga kisa dimasa dewasa, yang berusaha mendamaikan Pandawa dan Kurawa, namun harus berakhir dengan perang kemenangan Pandawa dimana Sri Krsna ada dipihak Pandawa. Membuat kisah ini tentu menggema dalam keabadian yang tertulis dalam Kitab Suci Veda.
Begitupula Wafatnya Yesus Kristus dalam keadaan disalib, bukan berarti titik terendah yang selama ini kita anggap mengerikan. Bukankah kisah Yesus Kristus dikenang sepanjang masa oleh umat manusia karena perjuangannya yang penuh kasih kepada umat manusia yang menyentuh hati?
Dan wafatnya Baginda Rasulullah S.A.W. dalam keadaan sakit karena diracun, yang mana dampak racun itu baru terasa 3 tahun kemudian karena kehebatan fisik Nabi. Membuat kaum muslimin di zamannya tak henti-hentinya mengalirkan air mata, dan di puncak nafas terakhir beliau, apa yang beliau ucapkan? "Umatku... Umatku... Umatku...". Bukan kah titik terendah itu ternyata membawakan kemuliaan hidup?
Tidak selamanya Titik Terendah hidup di akhir hidup itu menghinakan, dan tidak selamanya Titik Kejayaan hidup di akhir hidup itu memuliakan. Tergantung Proses hidup yang kita maknai melalui perjuangan panjang semasa hidup. Dan biarkan dunia yang menilai makna perjuangan kita.
Semakin hebat perjuangan kita, semakin ikhlas dalam menjalani hidup ditengah suka maupun duka, semakin rela untuk merasakan perih dan pedih dihati. Disaat kita meninggalkan alam fana... kan tertulis kisah hidup kita. Dan menjadi cerita menarik nan inspiratif bagi anak cucu kita di saat menjelang tidur.
Kualitas cerita nyata yang kita toreh... juga menentukan kualitas alam kehidupan kita selanjutnya, setelah kita wafat.
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 25 April 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H