Begitupula Wafatnya Yesus Kristus dalam keadaan disalib, bukan berarti titik terendah yang selama ini kita anggap mengerikan. Bukankah kisah Yesus Kristus dikenang sepanjang masa oleh umat manusia karena perjuangannya yang penuh kasih kepada umat manusia yang menyentuh hati?
Dan wafatnya Baginda Rasulullah S.A.W. dalam keadaan sakit karena diracun, yang mana dampak racun itu baru terasa 3 tahun kemudian karena kehebatan fisik Nabi. Membuat kaum muslimin di zamannya tak henti-hentinya mengalirkan air mata, dan di puncak nafas terakhir beliau, apa yang beliau ucapkan? "Umatku... Umatku... Umatku...". Bukan kah titik terendah itu ternyata membawakan kemuliaan hidup?
Tidak selamanya Titik Terendah hidup di akhir hidup itu menghinakan, dan tidak selamanya Titik Kejayaan hidup di akhir hidup itu memuliakan. Tergantung Proses hidup yang kita maknai melalui perjuangan panjang semasa hidup. Dan biarkan dunia yang menilai makna perjuangan kita.
Semakin hebat perjuangan kita, semakin ikhlas dalam menjalani hidup ditengah suka maupun duka, semakin rela untuk merasakan perih dan pedih dihati. Disaat kita meninggalkan alam fana... kan tertulis kisah hidup kita. Dan menjadi cerita menarik nan inspiratif bagi anak cucu kita di saat menjelang tidur.
Kualitas cerita nyata yang kita toreh... juga menentukan kualitas alam kehidupan kita selanjutnya, setelah kita wafat.
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 25 April 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H