Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Activating Protagonist Mode

18 April 2022   04:00 Diperbarui: 18 April 2022   05:19 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: kumparan.com

Semua Orang baik, tentu ingin menjadi superhero dalam kehidupannya.

Melalui Ruang Kelas ini, Rian ingin berbagi tahapan untuk mengaktifkan mode protagonis diri kita berdasarkan sudut pandang keilmuan Meta yang Rian kembangkan secara mandiri.

1. Berbuat Baik dan Penuh Kebenaran

Kiat pertama adalah berbuat penuh kebaikan dan berada di jalan yang benar (pantang merugikan orang lain). Berbuat baik yang paling utama adalah memberikan kontribusi dan pelayanan tanpa harap kembali, cukup demi kebermanfaatan hidup, namun kebaikan yang diberikan tidak menjadi beban yang melebihi limit atau batas kemampuan kita. 

Berada di jalan kebenaran yakni tidak merugikan orang lain dengan tidak merusak atau tidak memberikan kenyamanan hati, fisik, dan ruhani sesama kita, namun ada tapinya... seandainya ucap kita tidak membuat nyaman hati seseorang tapi itikad dan dampaknya menyelamatkan. Sebagaimana Baginda Rasul bersabda, katakanlah kebenaran, sekalipun itu pahit atau berat untuk dikatakan (HR. Ibnu Hibban).

2. Penuh Penyayang kepada seluruh Makhluk (Termasuk hewan, tumbuhan, dan yang Ghaib)

Tidak melakukan kekerasan yang menyakitkan kepada seluruh makhluk adalah syarat utama untuk mengaktifkan Mode Protagonis kita. Sehingga Tuhan membuat kita penuh sifat welas asih. Bisa dengan menjadi seorang Vegetarian (ada Lacto, Ovo, atau Lacto-Ovo Vegetarian) dengan berpantang makan daging, namun kita tetap memerlukan produk makanan-minuman dari protein hewani. Dan kepada yang Ghaib, seperti malaikat kita selalu mendoakan kebaikannya semoga beliau semua dapat melaksanakan tugasnya selaku Tangan-Tangan Tuhan dengan baik.

3. Berjiwa Pemaaf dan berlapang Dada

Menjadi seorang pemaaf tentu tidak mudah semudah mengucapkan. Perlu ada pembuktian nyata kita sudah terbebas dari amarah, benci dan dendam yang menggerogoti jiwa kita. Jika kita menyimpan emosi negatif tersebut, kita mesti membuangnya dengan cara yang tepat dan tidak merugikan sesama kita. Caranya bisa dengan berteriak keras atau menyanyi nyanyian rock keras dengan suara yang maksimal dan keras ekspresif, keluarkan semua uneg-uneg itu melalui teriakan atau nyanyian keras itu. Hingga tubuh berkeringat segar, hal ini bisa kita lakukan di daerah pegunungan, atau ruangan tertutup yang memiliki bahan peredam suara.

Sebagaimana Allah menganugerahkan sistem pembuangan eksresi dan sekresi pada diri kita, agar zat-zat yang tidak diperlukan tubuh dapat dikeluarkan dari tubuh. Begitu pula dalam sistem pengelolaan emosi negatif, jangan kita buat emosi negatif itu sampai tersimpan dan menumpuk dalam diri, hingga menanah dalam jiwa, akhirnya kita rugi sendiri karena dampak destruktif bagi tubuh kita yang diakibatkan hal demikian yang bersifat psikis. 

Kita mesti berlapang dada, bahwa kita bisa menjadi hebat, karena kita mendapatkan gemblengan mental dari mereka semua termasuk yang pernah menyakiti kita dalam berkehidupan. Semua yang ada di muka bumi, adalah salah satu faktor pendewasaan diri kita.

4. Berkeinginan luhur berorientasi menjadi sang penyelamat

Nah ini adalah hasil dari 3 poin diatas, kita menjadi memiliki keinginan luhur layaknya seorang dengan jiwa ksatria pembela kebenaran. Keinginan luhur bukan sekadar diucapkan, namun mesti dilakukan dengan praktik nyata dalam berkehidupan. Sehingga Tuhan Puas dengan tindakan kita, kebiasaan kita, dan karakter kita, oleh karenanya Tuhan menanugerahkan kecerdasan akal yang berkesadaran murni, agar kita mampu dengan penuh kecerdasan menghadapi masalah berkehidupan.

5. Berorientasi Spiritualis

Seorang Protagonis, tentunya berorientasi spiritualis dipenuhi pengetahuan ruhani yang membentuk karakter bangsa yang indah dan mulia. Syaratnya ia hidup penuh kesederhanaan, tidak gila harta, tahta, materi yang didapatkan dengan cara tidak sah dan tidak layak dimata hukum dan agama, dan tidak hedonistik. Ia menjauhi segala candu dan zat adiktif, yang membuatnya dalam pengaruh kurang baik dalam pembentukan karakter dirinya.

6. Berkesadaran Hukum yang luhur

Menjadi seorang yang taat hukum, tanpa mesti karena takut sanksi, atau takut terlihat aparat penegak hukum, tapi murni agar hidup kita menjadi aman, damai dan teratur dengan menjadi seorang yang taat hukum tanpa syarat. Ini adalah syarat wajib yang kita miliki menjadi seorang protagonis dalam berkehidupan. Bukan hanya hukum tertulis pidana-perdata sahaja. Ia paham akan pengetahuan hukum sebab-akibat/aksi reaksi dan juga hukum alam.

7. Senang melaksanakan Tirakat

Dengan penuh senang hati untuk melaksanakan tirakat atau pembiasaan diri mengekang diri dari segala kenikmatan inderawi. Membuat seorang menjadi berkekuatan hebat secara spiritual. Bisa dilakukan dengan berpuasa di bulan bulan biasa secara rutin, konsisten, teratur, dan berkesungguhan hati yang luhur.

Demikian tahapan yang Rian berikan agar kita menjadi seorang protagonis yang kelak kisah kita menjadi cerita menarik dan inspiratif saat sebelum tidur anak cucu kita semua, disaat kita telah meninggalkan alam fana dalam keadaan damai dan berbahagia.

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 18 April 2022.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun