Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebab Berasal dari Manusia - Akibat Berasal dari Aturan Tuhan

31 Maret 2022   05:30 Diperbarui: 29 April 2022   16:18 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia menciptakan sebab melalui respon yang ia berikan. Dari respon tersebut timbullah akibat.

Banyak orang berkata kita tidak bisa tahu jodoh, rezeki, kebahagiaan, kecelakaan, dan kematian terjadi pada diri kita karena sudah ada yang mengatur. Benar... Namun sebenarnya yang menentukan kualitas itu adalah sebab-sebab yang kita tanam dalam kehidupan.

Bekerja mencari upah atau gaji bulanan, dan mendapatkan rezeki itu berbeda. Jika bekerja kita mengandalkan kemampuan akal, hati, motivasi dan skill fisik (kemampuan inderawi dan gerak tubuh) kita dalam keseharian. Sementara rezeki adalah hadiah dari sebab-sebab yang kita berikan kepada kehidupan yang dipenuhi sifat kebaikan yang tulus.

Terlahir dalam keadaan miskin dan menjalani hidup penuh kemiskinan dalam perjalanan hidup, itu berbeda. Karena terlahir miskin itu takdir yang sudah diatur Tuhan, sementara menjalani hidup penuh kemiskinan dalam perjalanan hidup bisa jadi karena sebab-sebab yang kita tanam di masa lampau.

Kebahagiaan adalah akibat dari sebab, yakni sebab dimana diri kita berada teguh dalam jalan kebenaran bukan jalan setan, yang kemudian kita bersyarat untuk bahagia atas izin Tuhan.

Kecelakaan adalah akibat dari sebab, yakni sebab dimana kita pernah melakukan dosa yang tidak kita rasakan dampaknya oleh diri sendiri namun berdampak signifikan kepada orang diluar diri kita, karena sifat abai kita yang menjadi sebab.

Bencana alampun adalah akibat dari sebab, yakni sebab yang disebabkan sifat abai kolektif manusia yang ada pada suatu ekosistem kehidupan.

Penyakit yang kita derita adalah akibat dari sebab, yakni sebab dari sifat abai diri kita pribadi, bisa abai karena kesehatan, abai karena berlaku hedonis, abai dalam pengaturan emosi (seperti marah dalam keadaan ingkar), dan sebagainya. 

Namun bersyukurlah ia yang dikarunia penyakit karena sebab abainya, dengan demikian ia mampu berkesadaran lebih tinggi lagi melalui penyakit yang menimpanya. Yang sungguh celaka, ia bersifat abai tapi ditangguhkan akibatnya (dalam Islam disebut Istidraj) untuk dihinakan pada akhir hidupnya.

Jodoh pun sudah ditentukan tergantung kualitas sebab yang kita tebarkan kepada kehidupan.

Dan kematian pun, apakah kita mati dalam keadaan mulia, atau mati dalam keadaan hina, semua tergantung dari segala sebab yang kita cipta.

Semua akibat yang menentukan jodoh, rezeki, kebahagiaan, kecelakaan, dan kematian, sebenar-benarnya kita yang menciptakannya sendiri melalui sebab-sebab yang kita perbuat.

Jadi jangan salahkan siapapun atas kemalangan yang menimpa pada diri . Kita mendapatkan kemalangan karena kita abai. Abai itu banyak rupanya, ada abai terhadap aturan hukum, ada abai terhadap moral, ada abai terhadap aturan agama, ada abai terhadap tatakrama, ada abai terhadap kesehatan dan sebagainya. 

Maka solusinya adalah berempati untuk menjadi peduli dan peduli agar kita penuh cinta untuk menuju kesadaran murni.

Karena sebab yang paling sempurna dan menyelamatkan kita adalah Cinta. Yakni cinta penuh ketulusan yang harus dibayar dengan perjuangan yang nyata untuk mengasihi dan menyayangi kepada seluruh makhluk (penuh sifat welas asih, seperti tidak sembarang jagal hewan tanpa ilmu penyempurnaan ruh hewani atau jagal hewan hanya demi urusan nafsu lidah dan perut), dan kerelaan untuk mau merasakan ketidaknyamanan dan merasakan tidak nikmat/tidak enak bahkan merasakan sakit pada apa-apa dalam diri (termasuk sakit hati). 

Kerelaan yang disebutkan adalah kekuatan besar manusia, yang menjadikan manusia berkemampuan luhur untuk menjalankan misinya yang utuh sebagai manusia sejati.

Jika Cinta adalah sebab, maka kebijaksanaan adalah akibat... sebagai hadiah dari Tuhan atas bukti cinta kita.

Dengan Kebijaksanaan, hidup kita menjadi damai, aman, tenang, tentram dan penuh kemakmuran karena rezeki yang terus mengalir tiada henti.

Semakin hebat Cinta kita, maka semakin hebat kebijaksanaan yang kita peroleh.

Semakin manusia paham dan mampu mengamalkan akan sebab akibat secara optimal dan membangun. Maka ia berkemampuan untuk menjadi hakim yang adil dan bijaksana.

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 31 Maret 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun