Manusia menciptakan sebab melalui respon yang ia berikan. Dari respon tersebut timbullah akibat.
Banyak orang berkata kita tidak bisa tahu jodoh, rezeki, kebahagiaan, kecelakaan, dan kematian terjadi pada diri kita karena sudah ada yang mengatur. Benar... Namun sebenarnya yang menentukan kualitas itu adalah sebab-sebab yang kita tanam dalam kehidupan.
Bekerja mencari upah atau gaji bulanan, dan mendapatkan rezeki itu berbeda. Jika bekerja kita mengandalkan kemampuan akal, hati, motivasi dan skill fisik (kemampuan inderawi dan gerak tubuh) kita dalam keseharian. Sementara rezeki adalah hadiah dari sebab-sebab yang kita berikan kepada kehidupan yang dipenuhi sifat kebaikan yang tulus.
Terlahir dalam keadaan miskin dan menjalani hidup penuh kemiskinan dalam perjalanan hidup, itu berbeda. Karena terlahir miskin itu takdir yang sudah diatur Tuhan, sementara menjalani hidup penuh kemiskinan dalam perjalanan hidup bisa jadi karena sebab-sebab yang kita tanam di masa lampau.
Kebahagiaan adalah akibat dari sebab, yakni sebab dimana diri kita berada teguh dalam jalan kebenaran bukan jalan setan, yang kemudian kita bersyarat untuk bahagia atas izin Tuhan.
Kecelakaan adalah akibat dari sebab, yakni sebab dimana kita pernah melakukan dosa yang tidak kita rasakan dampaknya oleh diri sendiri namun berdampak signifikan kepada orang diluar diri kita, karena sifat abai kita yang menjadi sebab.
Bencana alampun adalah akibat dari sebab, yakni sebab yang disebabkan sifat abai kolektif manusia yang ada pada suatu ekosistem kehidupan.
Penyakit yang kita derita adalah akibat dari sebab, yakni sebab dari sifat abai diri kita pribadi, bisa abai karena kesehatan, abai karena berlaku hedonis, abai dalam pengaturan emosi (seperti marah dalam keadaan ingkar), dan sebagainya.
Namun bersyukurlah ia yang dikarunia penyakit karena sebab abainya, dengan demikian ia mampu berkesadaran lebih tinggi lagi melalui penyakit yang menimpanya. Yang sungguh celaka, ia bersifat abai tapi ditangguhkan akibatnya (dalam Islam disebut Istidraj) untuk dihinakan pada akhir hidupnya.
Jodoh pun sudah ditentukan tergantung kualitas sebab yang kita tebarkan kepada kehidupan.
Dan kematian pun, apakah kita mati dalam keadaan mulia, atau mati dalam keadaan hina, semua tergantung dari segala sebab yang kita cipta.