Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mari Merevisi Pemikiran Dunia Akademisi Menuju Kemajuan Ilmu yang Penuh Relevansi

5 Maret 2022   10:30 Diperbarui: 5 Maret 2022   17:35 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita hidup di Era yang berkesadaran. Siapa yang malas belajar terbarukan, mempertahankan ego pemikiran yang tidak relevan, pasti tereliminasi.

Setiap masyarakat sekarang adalah peneliti, setiap masyarakat sekarang adalah praktisi, dan setiap masyarakat sekarang adalah pemerhati.

Siapa yang bisa menghalang-halangi transformasi mentalitas publik yang begitu pesatnya?

Ini adalah suatu kemajuan bagi bangsa ini, yang sudah tidak lagi dikuasai aggegrator akademisi selebriti yang sering naik panggung popularitas, semua lapisan masyarakat sudah mulai kritis dan dapat berpendapat secara rasional, sistematis, dan mendalam.

Revolusi Mental yang sukses kini telah hadir menjelma menjadi Sumber Daya Manusia yang penuh kompetensi yang mumpuni, sangat disayangkan jika tidak dimaksimalkan segala potensinya melalui fasilitas dunia akademik.

Rian pernah menuliskan quotes:

"For Everyone has their own valuable role."

Obrolan-obrolan di warung warung sudah berbobot pengamatan dengan kualitas intelejensi yang mumpuni, semua orang kini adalah content creator. Semua orang kini begitu berharga.

Maka paling merugi bagi yang masih menjadi budak dari pemikirannya sendiri, bukan menjadi seorang pemimpin yang memegang kendali atas pemikirannya.

Orang-orang yang tidak menerima kemajuan seorang yang berkompeten diluar dirinya, bahkan cenderung menjudge diri sendiri tidak berharga (padahal pemikirannya yang tidak berharga), cenderung dikuasai pemikirannya, kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan, "mengapa ia lebih beruntung dariku?", "mengapa ia begitu berharga dimata orang-orang dari pada diriku?", dan seterusnya... pertanyaan-pertanyaan liar itu semakin mendominasi pemikiran dan membenarkan perilaku yang tidak berdasar hukum untuk menjegal sesamanya yang lebih maju.

Bukan sibuk menggali keberlimpahan diri yang penuh karunia seperti Pikiran yang Mulia, Keinginan Luhur, dan Kecerdasan Akal, Ketajaman Hati, Kepiawaian Gerak Tubuh, dan Karakter yang Indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun