puisi dalam mode postingan "Sehampar Puisi Berbait". Hanya ada satu judul puisi dalam mode ini. Selamat menikmati!
Selamat jumpa kembali sobat Kompasiana! Izinkan Rian menuliskan sebuah***
Judul : Raja Nusantara Pelayan Dunia
Diantara remang-remang kegelisahan.
Gelap dan terang saling bertabrakan.
Silih kuasa silih jerat.
Kekacauan dan kehampaan meraja.
Rakyat bingung gundah merana.
Tiba Sang Raja menjelma.
Ia tampil dengan piawai dan perkasa.
Mencabut angkara murka.
Dari bumi Nusantara.
Semua terpana dan bersuka.
Sang Raja telah tiba.
Disaat yang paling tepat.
Semua tatanan dirubah.
Semua yang zalim di bawa.
Tuk diadili dan ditindak.
Mempertanggungjawabkan kerugian.
Pada Rakyat yang Raja cinta.
Bertahun-tahun Pelayanan Sang Raja.
Memukau indah laksana permata.
Berlian samudera khatulistiwa.
Raja yang menjadi kawan rakyatnya.
Senda gurau bermain bersama, pilihannya.
Raja yang menjadi kekasih rakyatnya.
Romantisme kasih Raja pada Rakyat.
Tak seorang beranjak Nusantara.
Semua bangsa terkagum bersama.
Hingga suatu masa.
Sebuah ancaman menyerta.
Hanya sang Raja yang kuasa.
Menghentikan kehancuran.
Pengorbanan dilakukan.
Tetes air mata rakyat menggelegar!
Nyawa sang Raja perlahan melayang.
Berkatalah Raja.
"Sertakan Personalitas Mulia."
"Sertakan Pengetahuan Bermanfaat."
"Lengkapi dunia dengan cinta."
"Dimulai aku tiada."
Semua berisak pulangnya Sang Raja.
Tak ada satu yang menahan haru dan duka.
Selalu terkenang perkataan mulia.
"Aku tak akan pernah melupakan Cinta."
"Dari rakyat yang tercinta."
"Walau maut memisahkan."
"Semoga takdir mempersatukan."
Inilah sebuah epik legenda.
Raja Nusantara Pelayan Dunia.
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 2 Maret 2022.
***
Sekian sampai jumpa di tema puisi episode berikutnya!
Puisi sebelumnya: Pamrih Perih Merintih
Puisi berikutnya: Guru Nusantara Sang Wali Dunia
Salam hormat.
Rian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H