Sudahkah kamu menonton film terbaru A24 yang cukup ramai dibicarakan para pecinta film tahun lalu? Film horor bukan sembarang film horor, karena jika mendengar nama di balik film ini, pasti akan membuat para pecinta film terutama horor akan langsung menegakkan punggungnya untuk mencari tahu.Â
Film horor kali ini berjudul Talk To Me, adalah film produksi A24 yang kembali mungusung genre horror dan thriller yang pasti tidak biasa. Tema yang diangkat memang bukan tema baru di dunia perfilman horor. Namun, Talk To Me memiliki nilai plus terutama soal keberanian dan intensitas yang begitu memikat. Memikat dalam segmen horror dan thriller berarti penonton harus siap menjaga kewarasan pikiran dan ritme degup jantung selama menontonnya. Dan berikut ini reviewnya.
Mia, adalah seorang remaja sekolah menengah yang tengah dilanda duka mendalam akibat ditinggal sang ibu untuk selama-lamanya. Mia yang anak tunggal, kini tinggal berdua hanya bersama dengan sang ayah. Mia memiliki seorang sahabat bernama Jade, yang juga memiliki seorang adik laki-laki bernama Riley. Tak hanya dekat dengan Jade, Mia juga sangat dekat dengan Riley dan menyayanginya seolah adiknya sendiri. Mia juga dikenal baik oleh ibu Jade dan Riley, Sue.
Sejak awal, Mia terlihat lebih sering menghabiskan waktu di rumah Jade dan bermain bersama Jade juga Riley. Termasuk setelah kepergian ibundanya. Mia tampak tak terlalu dekat dengan ayahnya sendiri. Mia banyak berbagi cerita dengan Jade, dan mengisi waktu dengan melakukan berbagai hal bersama Jade dan kawan-kawannya.
Suatu malam, Mia, Jade, dan Riley pergi bersama untuk berkumpul di rumah seorang teman. Layaknya anak abege bule yang berkumpul di rumah salah satu teman, mereka menghabiskan waktu dengan minum, merokok, bercanda gurau, mengobrol, hingga melakukan hal bodoh. Sayangnya, hal bodoh yang mereka lakukan kali ini adalah permainan memanggil roh yang sedang menjadi trend anak-anak muda di sana. Semacam jailangkung kalau di Indonesia.
Melalui perantara sebuah patung tangan kiri yang katanya dulunya adalah potongan tangan asli dari seorang paranormal, si pemberani (atau gila?) yang memainkan permainan tersebut menggenggam atau bersalaman dengan tangan tersebut sambil mengucapkan mantra "talk to me".Â
Seketika siapapun yang menyalami patung tangan tersebut seperti dirasuki makhluk tak kasat mata. Lalu kedua bola mata mereka menghitam dan membulat seperti biji kelengkeng. Mereka juga bisa melihat makhluk tak kasat mata lain. Di situlah adegan yang anak-anak ini anggap seru dan menyenangkan dimulai. Bagi anak-anak muda sekolah menengah ini permainan tersebut bisa menjadi ajang stress release seperti layaknya memakai obat-obatan terlarang. Mereka merasa lega sejenak dari beban pikiran dan bebas mengekspresikan diri. Dan, tak lengkap juga rasanya bagi anak jaman sekarang melalui hal yang mereka anggap menyenangkan tanpa mendokumentasikan setiap adegan lewat ponsel masing-masing setiap orang yang ada di sana.
Permainan talk to me yang dibanggakan oleh mereka memiliki beberapa aturan. Si pemain duduk di kursi dengan posisi badan yang diikat erat ke kursi, fungsinya untuk menghalangi si pemain untuk kabur lalu bertindak kebablasan. Durasi waktu juga ditentukan dengan angka maksimal dan tak boleh melewati batas waktu tersebut. Permainan terus dilakukan bergiliran. Hingga akhirnya terjadi kejadian paling tragis dan mengerikan menimpa salah satu peserta. Dan dari sanalah tragedi dan misteri mulai terbuka satu persatu.
Sekilas, Talk To Me hanya mengisahkan sekelompok remaja berkelakuan tak dewasa dan bertindak bodoh dengan bermain-main dengan roh. Akan tetapi jika dicermati, ada satu hal menarik yang ada di sana. Melalui karakter utamanya yaitu Mia, Talk To Me lebih dalam menyiratkan permasalahan yang lebih serius dari sekedar para remaja yang prefrontal korteksnya belum terbentuk sempurna itu.Â
Ceritanya yang solid berpusat pada struggling karakter Mia yang berjuang dengan bayang-bayang para makhluk tak kasat mata yang menghantuinya. Yang terus mempengaruhinya untuk melakukan hal-hal buruk. Di sinilah poin film ini yang seakan ingin merepresentasikan perjuangan Mia dalam melawan dirinya sendiri pasca trauma akibat luka ditinggal orang yang sangat ia cintai. Ditambah minimnya dukungan dan komunikasi juga keterbukaan dari orang terdekatnya yaitu sang ayah.Â
Talk To Me harusnya bisa menjadi pengingat bagi siapapun untuk lebih peka terhadap anak remaja khususnya yang sedang ingin bebas-bebasnya menjalani hidup. Terutama jika hal buruk tengah menimpa mereka. Waktu dan komunikasi yang baik dari orang dewasa di sekitarnya adalah hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh anak-anak baru gede ini. Hingga mereka bisa menjalani hari-harinya dengan lebih baik. Minimal, tak perlu mencari pelarian ke hal-hal yang negatif.
Hantu-hantu yang tampil di film ini begitu mengerikan secara bentuk, tindak tanduk, dan terornya. Kemunculannya sering tidak terduga-duga dan sulit diwaspadai. Background suara yang diatur dengan sangat baik juga mendukung suasana horor dan mencekam. Adakalanya hening dan kosong tanpa suara, di lain waktu akan menghambur ramai secara tiba-tiba, membuat kita sedikit sulit bernapas. Dan tentu saja adegan-adegan thrillingnya juga sangat mengerikan dengan diwarnai oleh banyak tumpahan darah dan luka yang bikin ngilu.Â
Intensitas kengerian Talk To Me memang dibangun dengan sangat baik bahkan sejak adegan pembukanya yang unpredictable. Dengan durasi kurang lebih satu setengah jam, Talk To Me tak banyak bertele-tele dalam menyajikan sajian horrornya. Latar ceritanya juga terasa dekat dan tak dibuat-buat. Ada pula adegan meneror khas film A24 yang tidak berkaitan dengan makhluk halus, pun sempat dihadirkan di sini.Â
Jadi, siapkan saja jantung dan mental kamu jika (sebenarnya) tak punya cukup nyali untuk menonton film horror dan thriller semacam ini. Seperti saya yang berkali-kali sedikit (atau banyak?) memicingkan mata atau menutup wajah dan melihat dari sela-sela jari di adegan-adegan mencekamnya. Begitu juga dengan jumpscare yang kerap muncul dan membuat terkesiap plus jantungan.
Oh ya, kabarnya film ini juga akan memiliki sekuel lanjutannya loh. Jadi makin penasaran kan buat nonton?!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H