Mohon tunggu...
Intan Zulfiana
Intan Zulfiana Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga

Seorang introvert yang di dalam kepalanya ramai akan ide, gagasan, dan kata-kata, sesekali menuangkannya dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Merayakan World Hearing Day: Mengenal Lebih Dekat Tuna Rungu Atau Tuli, Beberapa Hal yang Perlu Kamu Tahu Seputar Dunia Disabilitas Rungu

4 Maret 2023   12:21 Diperbarui: 4 Maret 2023   12:27 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tes OAE (Sumber : www.orami.co.id) 

Adanya komunitas memiliki banyak manfaat bagi kami pendamping kaum difabel. Komunitas menjadi lahan kami untuk belajar, bertukar ilmu dan pengalaman, dan yang pasti saling menguatkan satu sama lain. Menjadi salah satu sumber energi dikala rapuh dan saat-saat berat serta kebingungan melanda. Bergabung dengan komunitas adalah salah satu cara agar kita tak merasa sendiri, atau merasa menjadi orang paling sial dan bernasib buruk. 

  1. Sering dianggap remeh karena dianggap difabel ringan

Persepsi orang pada difabel rungu mungkin berbeda dari persepsi orang terhadap difabel lain. Ini bisa disebabkan karena tuli umumnya memiliki kondisi fisik seperti orang normal. Tidak memiliki kekurangan atau keterbatasan anggota tubuh yang menunjang aktivitas sehari-hari. Masih bisa berjalan, berlari, melihat, menggunakan kedua tangan dengan baik, dan bagi penyandang tuli murni tanpa gangguan kesehatan dan penyerta lain, membuat mereka benar-benar seperti tidak memiliki masalah. Keadaan seperti ini yang menjadikan tuna rungu bisa dibilang sebagai invisible difability. Atau difabel yang tidak terlihat. Sedihnya, hal ini justru terkadang menjadikan tuna rungu dianggap disabilitas yang 'ringan' oleh sebagian orang

Padahal, faktanya tidak semudah itu. Perjuangan tuna rungu dan para orang tua untuk membuat sang anak dapat mendengar dan berbicara tidaklah mudah. Ada perjalanan yang begitu panjang dan berliku penuh tantangan. Biaya untuk membeli alat bantu dengar dan perintilannya yang tidak murah, biaya terapi rutin yang berlangsung selama bertahun-tahun, waktu, tenaga, pikiran, perasaan, dan banyak hal lain yang harus dikorbankan demi membuat sang anak dapat berkomunikasi dengan baik. Ya, kemampuan berkomunikasi dengan baik adalah hal yang kami perjuangkan untuk anak-anak tuna rungu. Mengingat keterbatasan kemampuan berkomunikasi pada anak juga bisa memunculkan frustasi karena tak dapat mengungkapkan apa yang ia rasakan dan inginkan pada orang sekitar. Yang nantinya bisa berdampak pada perkembangan psikologis sang anak. Lebih jauh lagi, mengusahakan anak tuna rungu untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik diharapkan akan memperbaiki kualitas hidup dan kemandirian mereka di masa depan.

Tantangan lain seperti pergulatan hati dalam menghadapi dunia luar atau pendapat orang di lingkungan sekitar. Bagi sang anak yang menyandang tuna rungu, tentu juga bukan hal mudah ketika mereka harus berjuang sejak mereka masih sangat kecil. Karena tak jarang bahkan banyak yang harus melakukan terapi, pengobatan, dan rehabilitasi lain di rumah sakit sejak usia dini.

  1. Adalah hak setiap tuna rungu atau tuli untuk memilih cara berkomunikasi mereka masing-masing

Sebagian tuna rungu dapat berbicara dengan baik dan lancar, sebagian lagi, cara bicaranya masih terlihat kaku. Ada juga tuna rungu yang menggunakan bahasa isyarat untuk cara berkomunikasi mereka. Bahkan, ada yang mampu berbicara dengan sangat baik layaknya orang tanpa gangguan pendengaran. Berbagai macam pilihan komunikasi bebas dipilih setiap kaum tuli. 

Pilihan cara berkomunikasi ini bergantung pada banyak hal. Alat bantu dengar yang dipakai, gangguan penyerta, tingkat gangguan pendengaran, dan yang terpenting adalah kenyamanan bagi penyandang tuna rungu sendiri. Semuanya tentu membutuhkan perjuangan yang tidak mudah dan berliku. Semua memiliki kekurangan dan kelebihan serta tantangan tersendiri. Tugas kita adalah menghargai setiap pilihan masing-masing dan mendukung secara positif agar semua tuna rungu dapat memiliki kualitas hidup yang baik, apapun pilihan komunikasinya.

  1. Ketulian bisa dicegah, atau dideteksi sedini mungkin

Tes OAE (Sumber : www.orami.co.id) 
Tes OAE (Sumber : www.orami.co.id) 

Tuli bawaan lahir memang tidak dapat disembuhkan, akan tetapi ada cara untuk dapat mencegah terjadinya ketulian pada bayi. Beberapa penyebab bayi lahir tuli masih bisa dicegah sebelum kehamilan terjadi. Misalnya dengan melakukan tes TORCH sebelum memutuskan untuk hamil. Hal ini akan bermanfaat untuk mendeteksi virus dalam tubuh baik laki-laki ataupun perempuan yang sedang merencanakan program kehamilan. Jika terdapat virus yang berisiko menyebabkan kecacatan pada bayi, masih bisa ditangani terlebih dulu sebelum terjadi kehamilan. Oleh karena itu, melakukan skrining TORCH pada pasangan suami istri sebelum memiliki anak sangatlah penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun