Menerawang sebuah kisah kandasnya hati seorang pujangga
Yang hanya bisa memaklumi bahwa dirinya sudah tak mampu lagi tuk berkutik
Pada apa ia harus berharap?
Karena saat ini angkasa pun telah kembali kelam
Dan angin berlena menari-menari dan bergoyang kesana-kemari
Menghempaskan tawa seakan tak ada surutnya
Â
Namun aku tercengang
Yang tak ku sangka ia masih tetap berdiri tegak
Menerima walau harus terus menerus tersayat-sayat penuh rindu dan haru
Atas setiap keping inci kenangan yang berlalu dan tak bisa dipertanggungjawabkannya sendiri
Â
Senandung dalam hujan, itulah ia kusebut
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!