Hujan....
Melarutkan setiap prasangka tentang luka
Menimbulkan perkara dan prahara bahwa kenangan timbul begitu menyakitkan
Bahkan melebihi dari bengkaknya luka bertahun-tahun yang timbul karena kepedihan
Â
Hujan...
Tak pelak ia selalu menjelma alangkah bak meteor terjun dalam sanubari
Menusuk-nusuk, semakin menembus luka yang tak kunjung gersang itu
Mengais-ngais penuh ganas kepahitan penuh hantaman
Â
Senandung dalam hujan sore itu...
Menerawang sebuah kisah kandasnya hati seorang pujangga
Yang hanya bisa memaklumi bahwa dirinya sudah tak mampu lagi tuk berkutik
Pada apa ia harus berharap?
Karena saat ini angkasa pun telah kembali kelam
Dan angin berlena menari-menari dan bergoyang kesana-kemari
Menghempaskan tawa seakan tak ada surutnya
Â
Namun aku tercengang
Yang tak ku sangka ia masih tetap berdiri tegak
Menerima walau harus terus menerus tersayat-sayat penuh rindu dan haru
Atas setiap keping inci kenangan yang berlalu dan tak bisa dipertanggungjawabkannya sendiri
Â
Senandung dalam hujan, itulah ia kusebut