Selaksa samudera yang mendidih, mengguyurkan seluruh syarafku dengan aliran kepedihan dan aku hanya bisa terpaku lebih larut lagi oleh pernyataan adikku tersebut.
“Arlan!” batinku menjerit.
***
Seminggu setelah kejadian itu. Aku mengajak adikku untuk berziarah. Menebarkan doa-doa semoga dia tenang di sisi Yang Maha Kuasa. Sebelum kembali pulang, aku menaburkan beberapa genggam bunga diatas pusaranya, kemudian beranjak pergi.
“Terima kasih” renungku.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!