Teknologi internet ikut mempengaruhi terhadap perkembangan pertelevisian baik di tingkat nasional maupun global. Pada bagian- bagian tertentu teknologi baru ini berdampak secara positif, tetapi teknologi internet ini juga sekaligus memiliki dampak negatif ditinjau dari aspek televisi sebagai industri atau sebagai institusi bisnis. Bahkan beberapa kebijakan yang berkaitan penerapan teknologi internet ini justru menjadi buah simalakama. Aspek positif penerapan teknologi internet sangat membantu dalam aspek televisi sebagai fungsi informasi. Dalam produksi berita atau informasi, khalayak sangat diuntungkan karena segala informasi dapat disajikan dengan sangat aktual.
Berita saat ini bisa disiarkan saat ini juga berkat bantuan internet. Hal ini amat sangat jauh berbeda di era sebelum internet dikenal dalam industri media. Pengiriman berita termasuk gambar video dapat dikirimkan secara cepat dengan biaya yang relatif murah dibanding di masa lalu. Bahkan reporter pun dapat secara live dari tempat kejadian melaporkan sebuah peristiwa. Pendek kata dalam urusan reportase di lapangan, teknologi internet ini sangat membantu. Dengan demikian kualitas acara informasi jauh lebih baik dibanding televisi di masa lalu. Begitu pun dalam aspek penyiarannya, berkat teknologi streaming, sebuah siaran tidak dibatasi lagi oleh sekat-sekat kewilayahaan Orang Indonesia yang tinggal di mana pun di seluruh penjuru dunia, dengan mudah dapat mengikuti berbagai acara televisi melalui streaming dan ditonton melalui laptop atau smartphone-nya
Terlepas dari masalah tersebut, pasar luar negeri masih menguntungkan produsen Amerika Serikat. Â Perkembangan pilihan media semakin menjadi fenomena internasional, dan ini menciptakan peluang baru untuk penjualan program Amerika Serikat di luar negeri. Â Karena teknologi telah menyebabkan peningkatan pilihan media, begitu juga media pemerintah dan kebijakan peraturan baru harus beradaptasi. Â
Dalam sejarah, banyak penyiaran seperti awalnya radio dan kemudian televisi, di negara industri di luar Amerika Serikat didominasi oleh publik sistem yang didukung pemerintah. Â British Broadcasting Corporation (BBC) dapat menjadi panutan bagi banyak jaringan media nasional, khususnya di koloni Inggris. Â Karena selama bertahun-tahun, sebagian besar pemirsa Eropa hanya memiliki akses ke satu atau dua saluran televisi publik, yang dibiayai publik dan tidak memuat iklan. Â Baik jaringan pribadi, kabel, atau layanan satelit tersedia atau berlisensi. Â Situasi ini berubah secara substansial pada akhir 1980-an ketika deregulasi, liberalisasi, dan komersialisasi terjadi di seluruh dunia (Mc.Phail, 2006).
Pada era ketika pilihan saluran penyiaran terbatas pada satu atau dua media publik, regulasi menjadi signifikan. Â Faktanya, rasionalisasi publik, bukan swasta, penyiaran bertumpu pada gagasan bahwa media massa elektronik adalah institusi sosial dengan tujuan akuntabilitas publik tertentu, bukan konglomerasi. Â
Media ini diberi tanggung jawab untuk menyediakan penyiaran pendidikan, mempromosikan demokrasi dan hak asasi manusia, dan menyediakan program yang seimbang. Berbeda halnya jika diperkenalkannya saluran penyiaran swasta, peraturan pemerintah dikurangi demi kepentingan pasar, hal inilah yang banyak terjadi di beberapa Negara termasuk Indonesia, sehingga media massa memiliki fungsi lain yakni hanya menjadikan keuntungan bagi pihak tertentu (konglomerasi media massa). Â Saat ini, duopoli antara sistem penyiaran publik dan swasta ada di sebagian besar negara industri. Akibatnya, publik yang melihat dan mendengarkan sekarang memiliki lebih banyak pilihan media, dan produsen AS memiliki pasar yang lebih besar untuk produk mereka.
Sumber:
Abdullah, Aceng dan Lilis Puspitasari. 2018. Media Televisi Di Era Internet. Jurnal Universitas Padjajaran Vol. 2.
Anonim. 2018. Sejarah Perkembangan Televisi (TV) Dari Awal Sampai Sekarang. [Diakses pada 16 Februari 2021] [Link https://www.andalanelektro.id/2018/09/sejarah-perkembangan-televisi-dari-awal-sampai-sekarang.html ]
Mc. Phail, Thomas L. 2006. Global Communications: Theories, Stakeholders, and Trends. Oxford: Blackwell Publishing.
Shoelhi, Mohammad. 2011. Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa Reakatama Media