Media massa merupakan media yang paling intens menyiarkan pesan-pesan komunikasi internasional. Setiap hari selalu saja ada berita tentang peristiwa internasional yang terjadi di seluruh dunia diberitakan ke media tersebut. Hal ini tentunya selaras dengan salah satu fungsi media massa, yakni sebagai media yang menyebarkan informasi dan bisnis, serta upaya dalam memengaruhi opini publik baik secara nasional maupun internasional.Â
Media massa yang saya maksud di sini adalah media televisi. Intensitas siaran media televisi ini semakin meningkat sejak terjadinya revolusi elektronika dalam abad ke- 20 yang telah menimbulkan pengaruh kuat terhadap kegiatan komunikasi umat manusia. Dengan berkembangnya teknologi, televisi pun menjadi semakin canggih, informasi dapat menyebar dengan begitu cepatnya, bahkan dapat disaksikan saat peristiwa tersebut terjadi (Shoelhi, 2011).
Televisi pertama yang diperkenalkan oleh John Logie Baird kepada masyarakat tidak memiliki bentuk kotak minimalis seperti yang kita kenal saat ini. Melainkan terdiri atas banyak lempengan, tabung, dan kabel yang berantakan. Kemudian tahun 1927, Philo Taylor Farnsworth yang merupakan ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat mengembangkan televisi modern pertama. Gagasannya tentang image dissector menjadi dasar kerja TV tabung hingga TV modern.Â
Tanggal 11 Mei 1939 menjadi hari bersejarah karena pemancar televisi untuk pertama kalinya dioperasikan di kota Berlin, Jerman. Akhirnya, dunia baru mulai mengenal alat komunikasi secara visual untuk mengetahui kejadian di belahan dunia lain, tidak hanya melalui audio saja. Pada tahun 1967, kepopuleran televisi berwarna mulai mengalahkan televisi hitam putih. Oleh karena itu, siaran TV berwarna pun terus bertambah, sampai sekarang, tampilan televise menjadi lebih modern seiring berkembangnya zaman (Anonim, 2018).
Pada pertelevisian dunia, jaringan televisi asing umumnya mongonsumsi sejumlah besar acara televisi Amerika Serikat, terutama acara drama dan komedi situasi buatan AS memiliki nilai produksi yang tinggi. Beberapa serial tersebut seperti Star Trek, The Simpson, Sam and Cat, Hannah Montana, dan lain- lain banyak mendominasi jadwal tayang di beberapa televisi asing. Namun produksi drama primetime menghabiskan biaya yang sangat besar sehingga  produksinya mulai dikurangi untuk pemrograman semacam itu.Â
Biaya episode primetime rata-rata sekitar 1,5 juta USD per jam, meningkat sekitar dua kali lipat biaya pada episode yang setara pada satu dekade yang lalu, atau bahkan bisa saja menjadi lebih mahal. Peningkatan biaya produksi ini diperkirakan karena aktris terkenal yang menuntut gaji lebih besar dan dengan persaingan untuk penulis dan pemeran yang berpengalaman. Sebagai perbandingan, biaya produksi program berita hanya sekitar 500.000 USD per jam, bahkan beberapa acara reality show lebih murah (Mc.Phail, 2006).
Setelah sekitar satu abad siaran televisi menjadi hal yang paling digemari masyarakat dalam bidang media komunikasi massa. Sejak ditemukannya televisi ini di sekitar 1900- an, popularitas televisi memang langsung meningkat tajam bahkan saat itu rama diperbincangkan bahwa TV akan mengalahkan radio siaran sebagai media komunikasi massa karena sifat televisi yang audio visual, sedangkan radio hanya audio saja. Penemuan teknologi TV ini mendorong lahirnya sejumlah stasiun TV di berbagai Negara, seperti di Inggris pada 1936 berdiri BBC (British Broadcasting Corporation). Lima tahun kemudian di Amerika tepatnya pada 1941 berdiri Columbia Broadcasting System (CBS) yang memulai siaran telvisi setelah sebelumnya CBS ini merupakan korporasi media radio sejak 1927. Kemudian berdiri pula NBC (National Broadcasting Company), dan mulai 1943 berdiri ABC (American Broadcasting Company) (Abdullah dan Puspitasari, 2018).
Selama puluhan tahun, televisi sebagai media massa merupakan media yang paling digemari sebagai media hiburan dan informasi. Karena sifatnya yang audio visual, televisi dapat menghadirkan acara musik, film, sinetron, variety show, reality show serta acara lainnya dengan melibatkan para selebritis idola khalayak. Begitu pun acara olahraga, masyarakat dapat menonton berbagai macam pertandingan olahraga tanpa harus pergi ke stadion atau lokasi pertandingan, bahkan pertandingan tersebut bisa disaksikan secara langsung saat itu juga di layar kaca televisi.Â
Juga siaran informasi yang sebelumnya dikategorikan acara yang tidak menarik, melalui televisi acara informasi baik siaran berita maupun info lainnya memiliki pesona tersendiri terlebih televisi dapat menyiarkan secara langsung dari lokasi kejadian. Karena itulah dunia selama puluhan tahun, bahkan di negeri asalnya hampir satu abad siaran televisi menjadi media yang paling banyak penontonnya. Karena itulah televisi dijadikan media promosi utama melalui iklan oleh dunia industri untuk memasarkan produk barang dan jasa mereka.
Namun, secara perlahan-lahan, kejayaan televisi seperti tergantikan oleh media baru atau biasa dikenal dengan media sosial sebagai turunan dari perkembangan teknologi internet. Pengguna internet pun semakin meningkat berbanding lurus dengan perkembangan teknologi telepon seluler yang berhasil menciptakan telepon pintar (smartphone) yang bahkan memiliki harga jauh lebih murah daripada PC atau laptop sebagai sarana untuk mengakses internet.Â
Semakin tingginya pengguna internet yang sekaligus pengguna media sosial ini sangat berperanguh terhadap pola penggunaan media massa di kalangan masyarakat. Media yang paling terdahulu merasakan dampak makin berkembangnya internet ini adalah media cetak. Terbukti, tiras media cetak terus menurun sejak awal tahun 2000-an. Tahun 2009 belasan media cetak di AS dan Eropa yang berusia ratusan tahun menyatakan berhenti terbit (Abdullah dan Puspitasari, 2018).
Teknologi internet ikut mempengaruhi terhadap perkembangan pertelevisian baik di tingkat nasional maupun global. Pada bagian- bagian tertentu teknologi baru ini berdampak secara positif, tetapi teknologi internet ini juga sekaligus memiliki dampak negatif ditinjau dari aspek televisi sebagai industri atau sebagai institusi bisnis. Bahkan beberapa kebijakan yang berkaitan penerapan teknologi internet ini justru menjadi buah simalakama. Aspek positif penerapan teknologi internet sangat membantu dalam aspek televisi sebagai fungsi informasi. Dalam produksi berita atau informasi, khalayak sangat diuntungkan karena segala informasi dapat disajikan dengan sangat aktual.
Berita saat ini bisa disiarkan saat ini juga berkat bantuan internet. Hal ini amat sangat jauh berbeda di era sebelum internet dikenal dalam industri media. Pengiriman berita termasuk gambar video dapat dikirimkan secara cepat dengan biaya yang relatif murah dibanding di masa lalu. Bahkan reporter pun dapat secara live dari tempat kejadian melaporkan sebuah peristiwa. Pendek kata dalam urusan reportase di lapangan, teknologi internet ini sangat membantu. Dengan demikian kualitas acara informasi jauh lebih baik dibanding televisi di masa lalu. Begitu pun dalam aspek penyiarannya, berkat teknologi streaming, sebuah siaran tidak dibatasi lagi oleh sekat-sekat kewilayahaan Orang Indonesia yang tinggal di mana pun di seluruh penjuru dunia, dengan mudah dapat mengikuti berbagai acara televisi melalui streaming dan ditonton melalui laptop atau smartphone-nya
Terlepas dari masalah tersebut, pasar luar negeri masih menguntungkan produsen Amerika Serikat. Â Perkembangan pilihan media semakin menjadi fenomena internasional, dan ini menciptakan peluang baru untuk penjualan program Amerika Serikat di luar negeri. Â Karena teknologi telah menyebabkan peningkatan pilihan media, begitu juga media pemerintah dan kebijakan peraturan baru harus beradaptasi. Â
Dalam sejarah, banyak penyiaran seperti awalnya radio dan kemudian televisi, di negara industri di luar Amerika Serikat didominasi oleh publik sistem yang didukung pemerintah. Â British Broadcasting Corporation (BBC) dapat menjadi panutan bagi banyak jaringan media nasional, khususnya di koloni Inggris. Â Karena selama bertahun-tahun, sebagian besar pemirsa Eropa hanya memiliki akses ke satu atau dua saluran televisi publik, yang dibiayai publik dan tidak memuat iklan. Â Baik jaringan pribadi, kabel, atau layanan satelit tersedia atau berlisensi. Â Situasi ini berubah secara substansial pada akhir 1980-an ketika deregulasi, liberalisasi, dan komersialisasi terjadi di seluruh dunia (Mc.Phail, 2006).
Pada era ketika pilihan saluran penyiaran terbatas pada satu atau dua media publik, regulasi menjadi signifikan. Â Faktanya, rasionalisasi publik, bukan swasta, penyiaran bertumpu pada gagasan bahwa media massa elektronik adalah institusi sosial dengan tujuan akuntabilitas publik tertentu, bukan konglomerasi. Â
Media ini diberi tanggung jawab untuk menyediakan penyiaran pendidikan, mempromosikan demokrasi dan hak asasi manusia, dan menyediakan program yang seimbang. Berbeda halnya jika diperkenalkannya saluran penyiaran swasta, peraturan pemerintah dikurangi demi kepentingan pasar, hal inilah yang banyak terjadi di beberapa Negara termasuk Indonesia, sehingga media massa memiliki fungsi lain yakni hanya menjadikan keuntungan bagi pihak tertentu (konglomerasi media massa). Â Saat ini, duopoli antara sistem penyiaran publik dan swasta ada di sebagian besar negara industri. Akibatnya, publik yang melihat dan mendengarkan sekarang memiliki lebih banyak pilihan media, dan produsen AS memiliki pasar yang lebih besar untuk produk mereka.
Sumber:
Abdullah, Aceng dan Lilis Puspitasari. 2018. Media Televisi Di Era Internet. Jurnal Universitas Padjajaran Vol. 2.
Anonim. 2018. Sejarah Perkembangan Televisi (TV) Dari Awal Sampai Sekarang. [Diakses pada 16 Februari 2021] [Link https://www.andalanelektro.id/2018/09/sejarah-perkembangan-televisi-dari-awal-sampai-sekarang.html ]
Mc. Phail, Thomas L. 2006. Global Communications: Theories, Stakeholders, and Trends. Oxford: Blackwell Publishing.
Shoelhi, Mohammad. 2011. Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa Reakatama Media
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H