Mohon tunggu...
Intan Rosfero
Intan Rosfero Mohon Tunggu... -

Communication Science 2015 Sriwijaya University "I wanna be star"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berselancar Digelombang Kehidupan Politik

19 September 2016   12:00 Diperbarui: 19 September 2016   12:32 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia saat ini selalu mengalami masalah, benci dendam, dan semuanya kacau balau. Entah mengapa, ada apa dengan Indonesia sekarang ini? Kemana nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat dalam Pancasila?

Sungguh, negeri ini sangat miris sekali dan seperti tak berpehuni. Tidak jarang para jurnalis dari berbagai media memberitakan sebuah berita yang negatif dan hanya yang jelek-jeleknya saja disebarkan. Kemana kabar prestasi anak bangsa dan kerja nyata para pemerintah sekarang ini? Apa istimewanya Indonesia ini sekarang?

Semakin berkembangnya zaman, semakin canggih juga teknologi, serta semakin mudahnya mendapatkan informasi dan menyebarluaskan informasi tanpa fakta yang telah dipastikan. Dengan informasi yang hanya itu-itu saja, seperti narkoba, korupsi, dan ketidak adilan yang ada pada ranah politik dan hukum. Semua itu berpengaruh pada masyarakat, sehingga hukum gossen kedua pun berlaku. Lama kelamaan masyarakat menjadi kenyang dengan memakan informasi yang hanya menjatuhkan nama baik bangsa Indonesia dan berakhir menjadi sebuah kebosanan dalam menerima informasi yang ada.

Latar belakang saya mengangkat judul artikel “Berselancar Di Gelombang Kehidupan Politik” ini, karena saya tidak ingin jatuh ditengah arus gelombang yang dahsyat besarnya sehingga nyawa ini hilang lalu raga inipun membangkai. Dalam kebijakan pemerintah Indonesia sekarang ini sudah membaik pada periode Presiden Joko Widodo, namun masih banyak terdapat kekurangan sehingga terjadi ketidak konsistenan dalam berkomitmen membuat suatu kebijakan.

Banyak hukum-hukum yang belum adil sampai saat ini, seperti kasus orang kaya yang selalu diselesaikan dengan lama dan sebentar juga di beri hukuman, dibandingkan orang miskin yang lama hukumannya dan cepat diselesaikan. Tidak hanya itu saja, dari segi jerujipun juga berbeda jauh. Untuk para pejabat memiliki suatu tempat penjara bak kosan yang penuh dengan fasilitas yang memadai, sedangkan orang biasa hanya ruang gelap yang hampa dan tidur hanya berlapis tikar. Padahal, mereka sama-sama orang jahat tapi mengapa ini berbeda?

Kini, para remajapun sebagai generasi muda penerus bangsa tidak sedikit menjadi orang yang apatis terhadap ranah politik dan hukum. Mereka acuh tak acuh atas kasus yeng terjadi pada Indonesia sekarang ini dan hanya dapat melebelkan politik itu kejam dan penghianat. Jadi tidak menutup kemungkinan bagi orang yang bersikap apatis dan tidak memiliki suatu pendidikan dan moral yang baik.

Lalu, bagaimana melawan sifat apatisme pada diri kita? Kita setidaknya memiliki rasa partisipasi yang tinggi terhadap aspek-aspek politik, sosial, ekonomi, serta budaya yang ada di Indonesia dan Negara lain. Kita juga makhluk yang diciptakan Tuhan dengan sempurna secara fisik harus dapat menggunakan panca indera dengan baik, seperti mata, gunakanlah untuk melihat dan membedakan hal yang buruk dan yang baik, pandanglah masa depan yang cemerlang, untuk telinga maka kita harus cerdas mendengar apa yang salah dan apa yang benar, serta mulut merupakan cara kita untuk dapat berkomunikasi dengan baik sehingga tidak terjebak dalam kamus harimau, begitupun dengan hidung maka gunakanlah sesuai dengan fungsinya yaitu mencium aroma yang wangi, apabila tercium aroma yang busuk maka carilah dimana tempat busuk itu dan jika telah ditemukan maka buang dan jauhilah.

Saat ini Indonesia selalu mencium aroma yang tidak sedap, seperti dari kasus tahun lalu dalam pemilihan Presiden RI yang memiliki ketidak singkronan dalam suara pemilu, terdapat dua media massa yang terlembaga dan masing-masing memiliki suatu suara yang berbeda sehingga sempat terjadi kontroversi, sekarang untuk peranan media dalam dunia pers sangat sulit untuk menetralisasikan karena semua dapat menyangkut suatu kepentingan kelompok dan disamping itu juga merupakan suatu bisnis yang selalu menginginkan keuntungan tanpa memandang resiko yang akan terjadi, sehingga dapat dikatakan media massa saat ini menjadi bias, setelah kasus tersebut maka adapun kasus yang sangat menuai kontroversi dan menjadi bahan pertimbangan juga untuk negara. yakni kasus Arcandra yang memiliki dwi kewarganegaraan sehingga legitimasi Presiden Joko Widodo terancam, beliau baru saja diangkat menjadi Menteri ESDM namun apaboleh buat skenario Tuhan berkehendak lain, selain daripada itu ada juga kasus  Pemimpin Daerah OI yang terjerat dalam dunia narkoba, dan sekarang kasus yang masih hangat bak air didalam ceret yang baru mendidih yaitu kasus  Ketua DPD tertangkap oleh KPK diduga menerima uang suap Rp 100 juta.

Dalam peristiwa yang penuh dengan kontroversi saat ini, yang sedang hangat diperbincangkan di berbagai media terhadap kasus KPK menangkap Ketua DPD Irman Gusman yang dikabarkan menerima uang suap Rp 100 juta untuk memuluskan kuota impor gula. Menurut informasi yang saya dapatkan Irman ditangkap bersama tiga orang lainnya di rumah dinasnya pada sabtu dini hari.  

H. Irman Gusman, S.E., MBA atau sering disebut Irman Gusman (IG) adalah seorang negarawan, politisi, pejabat, dan pengusaha asal Indonesia. Saat ini, Irman Gusman menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI periode 2014-2019. Irman Gusman memulai karier politiknya sejak tahun 1999 dengan menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia mewakili Sumatera Barat. Pada periode kedua DPD, Irman Gusman terpilih sebagai Ketua. Irman Gusman menyisihkan saingannya anggota DPD Sulawesi Tenggara, Laode Ida. Pada periode ketiga, Irman Gusman mencalonkan diri guna dapat menduduki kursi DPD kembali dan alhasil beliau kembali terpilih sebagai Ketua. Penentuan Irman Gusman sebagai Ketua DPD berlangsung dengan empat kali tahapan. Dilihat dari sosok Irman Gusman, maka beliau tercatat dalam sejarah sebagai satu-satunya pemimpin parlemen yang terpilih hingga tiga periode berturut-turut, Irman Gusman kemudian dikenal sebagai Pejuang Daerah.

Dari sejarah kehidupan manis selama ini yang dialami Irman Gusman sekarang menjadi hambar, semua diluar dugaan. Seperti kasus yang menjadi trending topic saat ini yaitu, “KPK Tangkap Ketua DPD RI Irman Gusman”. Ketua DPD RI Irman Gusman memberikan tanggapan mengenai dirinya dikaitkan telah terkena operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Irman membantah apa yang sedang berkembang seolah-olah dirinya ditangkap karena menerima suap. Politikus kelahiran Padang Panjang, 11 Februari 1962 ini menjelaskan, KPK terlalu dini mengumumkan status uang itu sebagai suap dan menetapkan dirinya sebagai penerima suap. “Sungguh ini perbuatan jahat dan fitnah kepada saya dan keluarga saya” ucap Irman.

Namun tidak dapat dipungkiri apabila yang melihat peristiwa tersebut adalah pihak dari Lembaga KPK itu sendiri. Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI) adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Selama ini KPK menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang baik.

Lalu, apabila Irman Gusman dinyatakan benar tidak bersalah, apakah pihak dari KPK akan meminta maaf  dan berlutut?  

Sangat menarik sekali perbincangan di Indonesia saat ini, dimana kasus ini merupakan antara ada dan tiada, entah siapa yang benar dan siapa yang salah. Hal ini selalu dipertanyakan dan para khalayak publik menunggu sebuah kepastian. Dalam sandiwara kehidupan ini, banyak hiruk-pikuk yang kita hadapi. Tapi apa boleh buat, sungguh tidak indah jika hidup ini selalu jalan lurus tanpa ada masalah yang secara tidak sengaja dapat mendewasakan diri kita dan untuk ingat kembali kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Sungguh malang negeri ini, apabila seseorang yang dikenal sebagai tokoh anti korupsi maka terjerat dalam gelombang korupsi..

Korupsi sudah merajalela di Indonesia. KPK pun sudah cukup banyak menangkap orang yang melakukan korupsi terutama para pejabat. Namun rupanya ada saja pejabat yang tidak belajar dari pengalaman orang yang sudah ditangkap KPK.

Apakah pejabat itu buta dan tuli?                                           

Saat ini negeri kita, Indonesia Pusaka hanya ingin membutuhkan pemimpin yang tahu akan nilai dan norma yang baik. Sungguh sangat disayangkan, lima nilai dari Pancasila ini hanya menjadi simbolis saja namun tidak untuk diamalkan dalam tindakan. Apalah arti dari sebuah ucapan kata PANCASILA selama dibangku sekolah disaat upacara bendera hari senin dan hari kemerdekaan? Sekarang Indonesia sudah merdeka dan penjajah telah diusir. Saatnya kita harus melawan diri kita sendiri untuk tidak terjun ke sumur pembusukan moral.

Apa yang salah saat ini di Indonesia? Bukan kah Indonesia adalah suatu Negara yang erat akan nilai dan norma yang begitu baik di mata dunia? Lalu, dimana para pahlawan sesungguhnya? Apakah pahlawan itu sedang dalam perjalanan menuju medan perang buku dan pena ataukah dalam dunia teknologi yang canggih saat ini namun disalahgunakan?

Jikalau Jepang dahulu untuk titik terlemahnya menghancurkan seluruh wilayah Jepang adalah kota Nagasaki dan Hiroshima. Untuk Indonesia, dimana titik terlemah untuk menghancurkannya ?

Kita sebagai generasi muda penerus bangsa Indonesia harus dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, mensejahterakan buruh, membuat guru menjadi lebih bermanfaat, dan memusnahkan para kopruptor dan narkoba. Serta memiliki nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan  dan perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.  

Saatnya kita menumbuhkan kembali jiwa patriotisme dan nasionalisme yang telah hilang, mari kita renungkan sejenak betapa susahnya para pahlawan terdahulu mendapakan satu kata yaitu MERDEKA dan begitu payahnya mereka mengusir penjajah dari tanah air ini, banyak pengorbanan yang telah dilakukan para pejuang.

Lalu, tugas kita sekarang adalah berjuang dengan negara sendiri serta mempertahanankan Indonesia yang penuh dengan kerukunan serta perdamaian. Jangan kotori tanah air ini, betapa sedihnya para pahlawan jikalau mendengar pembusukan moral yang terjadi sekarang ini yang kotorannya berhamburan tak karuan.

Mari harumkanlah kembali nama Indonesia ini, terutama untuk para pemimpin maka jadilah pemimpin yang amanah dan bukan menjadi pemimpin yang haus akan kekuasaan dan apabila semua telah baik maka anak muda akan termotivasi untuk menjadi bunga yang harum untuk Indonesia. Indonesia itu kaya akan sumber daya alam, kaya sumber daya manusia, serta kaya nilai dan norma, kaya budaya dan bahasa, Indonesia itu kaya akan segala-galanya maka manfaatkanlah kekayaan negeri kita ini dengan sebaik-baiknya.

Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat untuk kita semua dan semoga kita menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain juga. Aamiin J

Nama : INTAN ROSFERO

NIM : 07031381520091

Jurusan / Angkatan : ILMU KOMUNIKASI / 2015

Dosen Pengampuh : Sari Mutiara Aisyah, S.IP., MA.

Mata Kuliah : KOMUNIKASI POLITIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Kampus Palembang

Referensi :

nasional.sindonews.com

id.wikipedia.org

nasional.kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun