Mohon tunggu...
Intan Rismayanti
Intan Rismayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bahasa dan Sastra Indonesia

Hallo!!! Saya Intan Rismayanti dari Bandung. Menulis adalah sebuah cara untuk mengekspresikan diri bagi saya. Dengan menulis kita dapat mengutarakan apapun yang ada di pikiran kita. Namun, tidak semua tulisan dapat di publikasikan secara luas, hal-hal yang bersifat pribadi harus tetap kita jadikan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diksi dalam Puisi "Lagu Biasa" Karya Chairil Anwar

16 Desember 2023   14:58 Diperbarui: 16 Desember 2023   15:02 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dari sekian banyak karya-karya Chairil Anwar, karya mana saja yang sudah kamu baca? Puisi "Aku" atau "Semangat" adalah puisi yang paling terkenal dari Chairil anwar. Namun, masih banyak lagi puisi-puisi karya Chairil Anwar yang sama bagusnya dengan puisi "Semangat". Salah satu di antaranya adalah puisi yang berjudul "Lagu Biasa".

Dalam sebuah puisi terdapat situasi bahasa yang terdiri dari aku lirik (pembicara) dan subjek lirik (yang diajak bicara). Aku lirik dalam puisi "lagu biasa" bersifat eksplisit. Hal tersebut dapat dilihat pada larik terakhir dalam puisi tersebut. "kuseret ia kesana....." dari penggalan puisi tersebut sudah jelas terdapat kata aku dalam kata kuseret. Dalam puisi ini  aku lirik merasakan perasaan yang tak karuan saat pertama kali bertemu dengan seseorang. Subjek lirik atau pendengar atau seseorang yang diajak bicara dalam puis ini juga bersifat eksplisit. Hal ini terlihat jelas dalam bait ke-3 larik pertama dan larik ke- 3 terdapat kata "ia" yang menggambarkan seseorang yang dituju oleh aku lirik.

Keraf (2009) memberikan tiga kesimpulan utama mengenai diksi. Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pemilihan kata yang tepat dan sesuai dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa. Dalam puisi "Lagu Biasa" pada larik pertama terlihat dengan jelas bahwa larik tersebut memiliki makna yang lugas atau makna yang sebenarnya. Larik pertama berbunyi "Diteras rumah makan kami kini berhadapan" menggambarkan aku lirik yang sedang berhadapan dengan subjek lirik di teras sebuah rumah makan. Begitupun dengan larik ke dua.

Dalam larik ketiga pada bait pertama yang berbunyi "Sungguhpun samudra jiwa sudah selam berselam" mengandung arti mumculnya perasaan yang sangat dalam. Diksi yang digunakan dalam larik ini terkesan abstrak dan membingungkan. Aku lirik terkesan kehabisan kata-kata. Bagaimana ia harus mengatakan bahwa ia sedang jatuh cinta pada seseorang yang baru saja ia temui?.

Bait kedua puisi ini terdiri dari tiga larik. Larik pertama berbunyi "Masih saja berpandangan" memiliki arti yang lugas, aku lirik dan subjek lirik masih saling bertatapan satu sama lain. namun pada larik berikutnya hal tersebut seolah dibantah "Dalam lakon pertama" dapat diartikan orang pertama atau kita sebut saja aku lirik. Maksud dari larik kesatu dan kedua adalah aku lirik yang hanya merasakan bahwa mereka saling bertukar pandang, aku lirik tidak mengetahui bagaimana perasaan subjek lirik. Larik ketiga berbunyi "Orkes meningkah dengan 'carmen' pula", Penggunaan diksi "... meningkah..." dalam larik ketiga ini memiliki arti mengiringi. Pemilihan diksi ini sangat jarang digunakan pada puisi sekarang bukan?. Lalu apa itu carmen?  Carmen adalah sebuah film bergenre komedi,musikal,romantis.

Penggunaan diksi pada bait kedua terkesan menjelaskan bagaimana suasana yang dirasakan oleh aku lirik. Cara menulis Chairil Anwar ini seolah mengajak pembacanya untuk ikut masuk ke dalam cerita yang ingin disampaikan. Pesan mendalam yang tersirat pada puisi ini seolah divisualisasikan melalui kata-kata puitis dengan pemilihan diksi yang baik.

Bait ketiga terdiri dari empat larik. Pada Chairil Anwar memakai diksi "...mengerling..." menurut KBBI (2023) kata mengerling memiliki arti melihat dengan pandangan mata. Mungkin kita bisa mengartikan kata mengerling ini dengan "melihat sekilas". Pada larik kedua Chairil Anwar menggunakan diksi figuratif begitupun dengan larik ketiga. Larik kedua berbunyi "Dan rumput kering terus menyala" dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah mati namun kini hidup kembali. Penggunaan diksi pada Larik kedua ini sangat menarik. Larik ketiga memiliki arti penggambaran suara subjek lirik oleh aku lirik. Kemudian larik keempat "Darahku berhenti berlari" pada larik ini Chairil Anwar mengutarakann apa yang dia rasakan melalui puisinya. Larik keempat dapat diartikan sebagai perasaan seperti darah yang berhenti mengalir.

Bait keempat terdiri dari dua larik. Dalam larik pertama dapat kita artikan orkes mulai memainkan lagu "ave maria". Larik kedua dalam bait empat ini merupakan akhir dari puisi dan terdengar cukup kompleks untuk mengakhiri sebuah puisi. Pada larik kedua ini aku lirik menarik subjek liri untuk menari dengan iringan lagu "ave maria".

Puisi ini memiliki tema yang klasik namun tetap terkesan romantis bagi sebagian orang. Saat membaca puisi ini kita seolah dibawa ke suatu tempat di 1943. Cara Chairil Anwar menggambarkan keadaan pada masa itu cukup untuk membuat seseorang berimajinasi. Penggunaan diksi yang tepat ini menjadikan puisi memiliki sebuah nilai estetis yang tidak dimiliki oleh karya sastra lainnya.

Puisi "Lagu Biasa" memiliki pemilihan diksi yang sederhana namun unik. Pemilihan diksi seperti ini menjadi ciri khas puisi Chairil Anwar. Chairil Anwar menggunakan imajinasi dalam menulis puisinya. Imajinasi inilah yang memberikan pembaca gambaran mengenai makna mendalam dari puisi tersebut. Pemilihan diksi dalam puisi juga menyebabkan pemaknaan dalam puisi menjadi multitafsir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun