Mohon tunggu...
Intan Rachmita
Intan Rachmita Mohon Tunggu... Dokter - Pengabdi Masyarakat

Dokter Umum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Margareta Sofyana, "Pahlawan dalam Senyap"

20 November 2019   21:27 Diperbarui: 21 November 2019   08:42 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Margareta Sofyana Sedang Memberikan Penyuluhan Kesehatan

Harapan saya Pemerintah dapat memberikan pelayanan yang cepat. Orang susah jangan dipersulit

Kutipan di atas merupakan salah satu harapan dari Margareta Sofyana, salah seorang nominator Ibu Ibukota Award bidang kesehatan. Sudah tidak diragukan lagi kiprahnya di dunia pengabdian masyarakat, khususnya di wilayah Kecamatan Cempaka Putih. Margareta Sofyana atau kerap disapa 'Rita' atau 'Mak' oleh masyarakat sekitar, merupakan kader kesehatan, yang sudah tidak terhitung kontribusinya di bidang kesehatan masyarakat.

Rita lahir pada tanggal 20 Oktober 1972 di Jakarta, dari ayah berdarah Ende dan Ibu berdarah Sunda. Rita kecil tumbuh dalam keluarga mapah, pendidikannya hanya sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat ini, Rita tinggal bersama keluarga kecilnya di rumah kontrakan, berukuran kurang lebih 45 meter persegi di daerah padat penduduk, RW 08 Kelurahan Rawasari, Kecamatan Cempaka Putih.

Keterbatasan tidak membuat Rita menyerah dan pasrah dengan kehidupan, malah menjadikan pecut untuk hidup lebih baik lagi setiap harinya, bahkan "syukur-syukur bisa bermanfaat untuk orang banyak,' ujar Rita.

Tahun 2007, Rita divonis kalau benjolan di payudara kirinya kemungkinan ganas oleh dokter di salah satu rumah sakit besar di Jakarta. Ketika mendengarkan vonis dokter, seketika hidupnya hancur. Ritapun mengaku sempat mengalami depresi, karena vonis tersebut datang ketika ia juga manghadapi permasalahan di keluarga dan dilingkungan tempat tinggalnya.

Sampai suatu saat, Rita bertemu dengan rekan sesamanya yang mengalami penyakit serupa. Rekannya tersebut sangat mendukung dan mendorong Rita untuk semangat dan tidak menyerah pada keadaan, sempat Rita dibawa ke RS Dharmais untuk melihat para cancer survivors dalam suatu pertemuan. Dari sanalah, semangat Rita bangkit, "masalah saya tidak seberapa dengan teman-teman yang saya temui saat itu, banyak yang sudah dalam kondisi stadium lanjut bahkan divonis tidak akan berumur panjang. Dan, mereka masih bisa ketawa lepas, seneng." Dari situ, Rita bertekad untuk bangkit, maju dan berusaha untuk sembuh. Usaha Ritapun berbuah manis. Tahun 2008, Rita dinyatakan sembuh oleh dokter.

Pengalaman itu membawa kehidupan Rita ke tingkatan yang lebih tinggi, memotivasinya untuk membantu tetangga atau kerabatnya yang sakit dan mengalami kesulitan. Rita mulai melakukan banyak pendampingan, memberikan semangat untuk terus berobat ke penderita kanker di tempat tinggalnya, bahkan kerap kali Rita dimintai tolong untuk membantu pengurusan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) guna pengurangan biaya pengobatan.

Bagi Rita, dukungan semangat adalah segalanya terutama untuk penderita kanker, agar tetap semangat berobat dan menjalani hidup. Persis apa yang sudah berikan oleh rekannya, sesama cancer survivors, ketika Rita divonis kanker kala itu.

Bak gayung bersambut, Tahun 2012, Rita mendapatkan kesempatan mengikuti Pelatihan Penanganan Kanker dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI), melalui Tim Penggerak Pemberdayaan Kesehatan dan Keluaraga (TP PKK) Kecamatan Cempaka Putih. Selama Pelatihan, Rita banyak mendapatkan ilmu terkait apa itu kanker, cara pencegahan, cara penanganan, cara pengobatan, serta bagaimana merawat pasien kanker dengan baik.

Apa yang dilakukan Margaretha untuk lingkungan sekitar memang tak masif meski juga tak bisa diabaikan. Sebagai Penggerak Humanis menciptakan Harmonis.

Margareta hanyalah wanita biasa, yang hanya punya harapan untuk bisa hidup bermanfaat membantu kaum papa di wilayah tempat tinggalnya. Mengandalkan ilmu dari beberapa pelatihan yang diikutinya, cukup membuat Rita percaya diri untuk terus memberikan pelayanan yang prima

Sudah banyak warga yang ditolong oleh Rita. Jumlahnya sudah ratusan, atau bahkan tidak terhitung. Bagi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, "Rita merupakan mitra yang baik. Satu-satunya kader paliatif yang aktif menjangkau pasien kanker. Tanpa harus dimintai tolong, Rita sudah turun mendampingi pasien kanker yang ditemuinya." ucap salah satu Perawat di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih. 

   Rita Sedang Memberikan Pendampingan Ibu Hamil di RW 08 Kelurahan Rawa Sari
   Rita Sedang Memberikan Pendampingan Ibu Hamil di RW 08 Kelurahan Rawa Sari
Suatu ketika, Rita pernah mendampingi pasien tuna rungu dan tuna tuna wicara yang mengalami kanker payuradara stadium III, tanpa ayah dan ibu dan hanya adik iparnya yang peduli, pasien tersebut meninggalkan kesan mendalam di hati Rita, "begitu kuatnya dia, tiada rintih atau keluh yang keluar dari mulutnya," diceritakan oleh Rita sambil matanya berkaca-kaca, menahan tangis.

"Coba bisa dibayangkan Mbak, betapa sakitnya? Tapi dia diem, ng ngeluh atau ngerintih kesakitan. Malah saya yang jadi nangis, Mbak."

Hati Margareta tersentuh. Dan, berkat kegigihan Rita mendampinginya berobat, sekarang kanker yang dialami pasien tersebut sudah remisi. "Nanti mbak, kita datang ke rumahnya, dia sekarang sehat," binar wajah Rita terpancar.

Rita juga banyak memberikan penyuluhan kesehatan di wilayah. Baginya, informasi kesehatan belum sepenuhnya dimengerti oleh sebagian besar masyarakat, terutama tentang bagaimana hidup sehat dan cara mencegah penyakit. "Hobi saya itu ngomong mbak, makanya seneng kalo kasih penyuluhan ke warga, ng perlu disuruh, saya sudah maju duluan." ujar Rita sambil senyum kecil.

 Margareta Sofyana Sedang Memberikan Penyuluhan Kesehatan
 Margareta Sofyana Sedang Memberikan Penyuluhan Kesehatan

                                                                              

Selama pengabdiannya, sudah banya duka yang Rita dapatkan. Tak banyak juga orang mencibir pekerjaannya, bahkan pernah suatu waktu, Rita mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan dari warga sekitar, dari mulai pengusiran atau sekedar tuduhan miring yang dialamatkan kepadanya, atas apa yang dilakukannya hanya cari muka. Tapi, hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk terus memberikan sumbangsih ke lingkungan sekitar.

Alih-alih mendapatkan penghargaan, Rita juga mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan dari beberapa tenaga kesehatan yang ditemuinya. Namun, perlakuan buruk yang ia dapatkan, tidak membuatnya marah. Rita lebih memilih untuk diam dan tetap bersiklap baik, terus pantang menyerah memberikan bantuan ke warga sekitar.

Margareta dan keluarga kecilnya,hidup dengan keterbatasan, penghasilan suaminya yang tidak besar, tidak menyurutkan langkahnya untuk berbuat baik. "Jika tidak punya uang, masih ada hati dan tangan yang bisa kita pakai untuk bermanfaat bagi sesama." ucap Rita.

Tiada logika yang sampai, memikirkan antara hidup yang penuh keterbatasan dengan sumbangsih yang sudah ia berikan.

Sudah banyak warga yang ditolongnya, tiada keluh atau harap prestasi. Bau dari luka pasien kanker yang dirawatnya adalah hal yang biasa, darah nanah sudah menjadi hal yang lumrah. "Pernah mbak, saya mendampingi pasien kanker payudara yang sudah stadium III, luka di payudaranya sudah banyak, nanah ngucur kayak keran, baunya jangan ditanya, tapi saya ng mau nyerah mbah. Hati saya ng enak kalau saya sampai berhenti menolongnya."

Di akhir wawancara, Rita menyampaikan harapannya untuk Pemerintah, "harapan saya Pemerintah dapat memberikan pelayanan yang cepat ke masyarakat, orang susah jangan dipersulit."

Rita beranggapan, tidak boleh ada pembatasan orang miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal," mereka harus setara, BPJS kelas 3 harus mendapatkan kualitas pelayanan yang sama dengan kelas 1 ataupun VVIP."

Perjuangan Rita tidak akan pernah usai, dan tidak akan pernah selesai sampai hidupnya di dunia berakhir. Rita berpesan kepada anak muda untuk lebih peduli dengan lingkungan sekitar terutama peduli ke orang miskin yang kesusahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun