Kalau begitu, apakah masih pantas untuk menjadikan salah satu hal sebagai tersangka atau penyebab dari peristiwa yang terjadi? Begitu juga, momen kelahiran kamu. Di dalam buku Filosofi Teras memandang bahwa kelahiran kamu dan semua individu di muka bumi bukan terjadi hanya karena satu penyebab, melainkan gabungan berbagai hal. Seperti pertemuan ayah dan ibu kamu, lalu mereka berinteraksi, saling tertarik satu sama lain, merasa ada kecocokan, memutuskan menikah, dan terjadilah kelahiran kamu.
2). Tidak ada peristiwa yang benar-benar baik atau buruk, interpretasi lah yang membuatnya demikian
HP kamu pernah rusak? Follower mu berkurang drastis? Kamu belum mampu membeli mobil mewah? Atau kamu diputusin pacar? Lalu, kamu merasa hal itu merupakan peristiwa buruk yang terjadi. Atau, kamu membuat satu konten viral, lalu popularitasmu meningkat drastis atau kamu baru saja mendapat mobil mewah, lalu kamu merasa sangat senang karena itu adalah peristiwa baik yang terjadi di hidup kamu? Kalau kamu masih menganggap demikian, pemikiranmu belum selaras dengan para filsuf Stoa.
Aliran Stoisisme mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi sebenarnya biasa saja, tidak baik dan tidak juga buruk. Hal yang membuatnya menjadi terasa baik atau buruk adalah interpretasi kamu sendiri. Seperti HP rusak, kamu merasa itu hal yang buruk. Padahal, biasa saja. Tidak memengaruhi kualitas diri kamu dan siapa kamu sebenarnya. Dengan atau tanpa HP, kamu masih bisa menjalani kehidupan. Begitu juga ketika kamu memiliki mobil atau kendaraan mewah, sebenarnya bukan hal yang baik atau membahagiakan. Ada atau tidaknya kendaraan mewah, tidak akan menghentikan atau mengubah identitas kamu. Kamu sendirilah yang menganggap bahwa kendaraan mewah adalah kebahagiaan dan hal baik.
Menurut filsuf Stoa, segala sesuatu itu biasa saja. Tidak memengaruhi diri dan hidup kamu. Jadi ada ataupun tidak, tidak menjadi masalah. Akan tetapi, ada beberapa hal yang jika ada akan lebih baik dan jika tidak ada akan lebih baik juga. Seperti kesehatan, kekayaan, prestasi, dan popularitas akan lebih baik jika dimiliki, dan bencana, penyakit, kemiskinan, dan kemalangan akan lebih baik jika tidak ada.
3). Practice poverty atau latihan hidup menderita supaya lebih bahagia
Pernah membayangkan, "Seandainya followers ku 100 juta, seandainya aku punya jet pribadi, seandainya aku anaknya Bill Gates, seandainya aku punya uang 10 triliun, aku pasti akan bahagia". Lalu, ketika kamu benar-benar memiliki jumlah follower yang sangat banyak dan kamu memiliki jet pribadi, kamu akan merasa biasa saja dan ingin memiliki hal lain. Hal yang tadinya kamu dambakan, tidak lagi terasa membahagiakan karena kamu sudah terbiasa memilikinya. Hal tersebut terjadi karena pada dasarnya manusia memiliki sifat dasar yang dapat mudah beradaptasi dengan keadaan. Ketika keadaanmu berubah, maka standar kebahagiaan kamu juga akan berubah.
Oleh karena itu, di dalam buku Filosofi Teras mengenalkan agar berlatih hidup menderita agar kamu dapat lebih menghargai dan bahagia. Misalnya, kamu terbiasa tidur di kasur empuk dengan AC, cobalah untuk tidur beralas tikar atau tanpa alas sama sekali, tanpa pendingin ruangan. Jika kamu terbiasa mengenakan pakaian yang lembut, cobalah mengenakan kain yang berbahan kasar. Jika kamu terbiasa makan dengan menu yang mewah dan berlimpah, cobalah lebih sedikit makan dan makan makanan sederhana. Dengan begitu, kamu akan merasakan bahwa hidup biasa saja bukanlah hal yang buruk dan ketika kamu kembali menikmati segala hal yang berkecukupan, kamu akan lebih menghargai hal tersebut dan mensyukuri apa yang dimiliki.
4). Gunakan rumus 3P ketika berhadapan dengan musibah
Pernah dengar seseorang yang baru saja diputusin pacarnya lalu merutuki diri sendiri? Atau  bahkan, kamu sendiri juga demikian? Eits, hati-hati ketika kamu berhadapan dengan musibah. Kamu perlu untuk mengantisipasinya dengan rumus 3P (Personalization, Pervasiveness, Permanence).
Misalnya, saat diputusin pacar. P pertama, kamu akan mempersonalisasikan musibah sebagai kesalahan kamu sendiri. Beranggapan bahwa kamu yang salah, kamu yang kurang cantik, kurang baik, kurang famous, gak bisa banyak hal, dan sebagainya. kemudian, P kedua, kamu menganggap bahwa peristiwa diputusin pacar adalah satu musibah tersebut sebagai musibah yang terjadi di seluruh aspek kehidupan kamu. Kamu akan berpikir, dengan diputusin pacar akan merasa tidak beruntung dalam hal asmara, jadi anak yang tidak membanggakan, tidak berguna sebagai manusia. Lalu, P ketiga, kamu akan beranggapan bahwa satu musibah itu akan selalu hadir seumur hidup kamu dan menganggap kamu tidak akan bahagia selamanya. Jika dilihat kembali, ketiga P tersebut sebenarnya bukanlah fakta yang terjadi. Melainkan hasil dari satu fakta yang dibumbui interpretasi kamu sendiri.