Sampai pada akhirnya lie pow sun yang merupakan seorang pedagang tionghoa mendanakan sepetak tanah dengan luas 30m2 untuk membangun sebuah kelenteng, di sinilah M kongco hok tek ceng sin dan Y.M kongco co su kong sebagai pendamping ditempatkan. Setelah kelenteng resmi berdiri lalu ditambahkan kimsin lai beserta altar nya sebagai pelengkap yaitu : altar thian , thay sui , thay yang , thay yin , buddha , kwam im , lung sen , chay sen kwan kong , Â siandjian kun poh ,Â
dan thian sang seng bo. Kelenteng ini merupakan keleteng tertua dan satu- satunya dikabupaten/kota Cianjur dan sekitarnya, dan seiring berjalannya waktu kelenteng ini diperbesar pada tahun 1960, dan bertahan sampai saat ini. Karena letaknya di area pertokoan pada awalnya vihara ini hanya terlihat pintu masuknya saja, bagian depan vihara tertutupi oleh banyaknya lapak pedagang kaki lima. Tetapi seiring dengan penertiban yang dilakukan oleh pemda sekarang vihara ini tampak secara keseluruhannya.
Pada perayaan ini berbagai atraksi barongsai ditampilkan. Mereka seperti ingin menunjukkan bahwa keberadaan kesenian barongsoai tidak hanya milik warga keturunan saja. Sejumlah warga lainnya juga larut memainkan kesenian barongsai yang sangat identik dengan ular naga itu. Bahkan ada pula barongsai dimainkan oleh sejumlah anggota TNI.Â
Meskipun arak-arakannya dimulai dari sore hari, biasanya waktu puncak atraksi barongsai digelar setelah isya, sehingga tidak mengganggu jalannya ibadah agama lain, sebuah kesantunan dari pemilik ritual. Di area dekat vihara biasanya disediakan panggung untuk tokoh masyarakat atau pejabat pemerintahan, simbol penerimaan yang sangat indah untuk kaum minoritas.
Tingginya rentang toleransi dan penerimaan warga cianjur terhadap heterogenitas diakui oleh salah-satu keturunan Tionghoa yang mempelopori pendirian usaha pembuatan Tauco, Â Harun Tasma (dikutip dari historia.id). Dia menyatakan bahwa kondisi keamanan di Cianjur cukup stabil, tidak pernah ada demo-demoan, atau bakaran-bakaran akibat persoalan rasis. Dari dulu Cianjur merupakan tempat untuk usaha yang aman, bahkan krisis ekonomi 1998 tidak memberi pengaruh yang signifikan.
(Diambil dari beberapa sumber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H