Mohon tunggu...
intan nugroho
intan nugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa S1 psikologi

mengapa tidak mencoba sedangkan mencoba tidak mengapa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Krisis Identitas yang Terjadi pada Masa Dewasa Awal

31 Mei 2024   12:00 Diperbarui: 31 Mei 2024   12:04 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kepuasan perkawinan mengikuti kurva berbentuk U, menurun pada tahun-tahun awal dan meningkat kembali di masa paruh baya ketika tanggung jawab parenting dan pekerjaan berkurang (Orbuch et al., 1996). Studi menunjukkan pasangan yang lebih tua cenderung menunjukkan emosi yang lebih positif dalam menyelesaikan masalah (Carstensen, Gottman, & Levenson, 1995). Secara keseluruhan, kesehatan mental positif dan kesejahteraan di masa paruh baya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti penerimaan diri, relasi sosial, otonomi, tujuan hidup, dan pertumbuhan personal. Generativitas juga memainkan peran penting dalam penyesuaian psikologis pada masa ini.

Perceraian pada Masa Paruh Baya: Dampak dan Adaptasi

Perceraian pada masa paruh baya relatif jarang terjadi dibandingkan pada sepuluh tahun pertama pernikahan. Namun, bagi mereka yang mengalami perceraian pada masa ini, seperti Madeleine Albright, perpisahan dapat menjadi sangat traumatis. Ini terutama berlaku bagi wanita yang umumnya lebih terpengaruh negatif oleh perceraian di segala usia dibandingkan pria. Wanita paruh baya yang bercerai cenderung menghadapi ketidakamanan finansial yang lebih tinggi, terutama jika mereka baru mulai bekerja setelah perceraian. Namun, ada sisi positif dari perceraian pada masa paruh baya. Tekanan perceraian bisa memicu pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri yang lebih baik. Studi menunjukkan bahwa wanita paruh baya yang bercerai melaporkan memiliki relasi sosial yang lebih baik, penguasaan pribadi yang lebih tinggi, dan tingkat depresi yang lebih rendah dibandingkan wanita yang lebih muda. Pria paruh baya juga cenderung menerima perceraian dengan lebih baik, meskipun mereka menunjukkan tingkat pertumbuhan pribadi yang lebih rendah dibandingkan wanita.

Pertemanan di Masa Paruh Baya

Jaringan sosial cenderung menjadi lebih kecil namun lebih intim pada masa paruh baya. Orang-orang di usia ini biasanya sibuk dengan keluarga, pekerjaan, dan mempersiapkan masa pensiun, sehingga memiliki sedikit waktu untuk pertemanan. Namun, pertemanan tetap menjadi sumber dukungan emosional yang penting, terutama selama krisis seperti perceraian atau masalah dengan orang tua yang sudah sepuh. Kualitas pertemanan di masa paruh baya sering kali lebih penting daripada kuantitas. Teman menjadi tempat bagi dukungan emosional, bimbingan praktis, kenyamanan, dan pendampingan. Konflik dengan teman biasanya diselesaikan melalui diskusi yang mempertahankan martabat dan penghormatan mutual. Dalam sebuah studi, teman menjadi lebih penting bagi kesejahteraan wanita pada awal paruh baya dan bagi pria pada akhir masa paruh baya. Artikel ini memberikan gambaran tentang berbagai aspek perceraian, relasi gay dan lesbian, serta pentingnya pertemanan pada masa paruh baya, menyoroti adaptasi dan perubahan yang terjadi pada fase kehidupan ini.

Relasi dengan Anak yang Sudah Dewasa

Parenthood adalah proses "melepaskan". Biasanya proses ini mencapai puncak pada masa paruh baya orang tua. Sebagian besar orang tua pada bagian awal paruh baya harus menghadapi serangkaian isu yang berbeda, yang bersumber dari anak yang akan segera meninggalkan "sarang". Ketika anak menjadi dewasa dan memiliki anak-anaknya sendiri, jumlah anggota keluarga dan koneksi antar generasi akan bertambah. 

Ikatan Kekeluargaan Lain 

Nilai penting ikatan dengan kekeluargaan inti orang tua dan saudara kandung cenderung menurun sepanjang masa dewasa awal, yaitu ketika pekerjaan, istri atau pasangan, dan anak menjadi utama. Pada masa paruh baya, ikatan kekeluargaan paling awal ini bisa jadi muncul lagi dalam cara baru, seiring dengan bergesernya tanggung jawab terhadap orang tua yang sudah manula kepada anak-anak mereka yang sudah paruh baya.

Menjadi Pengasuh bagi Orang Tua yang sudah sepuh

Dengan tingginya biaya panti jompo dan sebagian besar orang tua enggan untuk masuk kesana. Banyak orang tua yang sepuh menerima perawatan di rumahnya sendiri atau di rumah yang merawat. Kesempatan untuk menjadi perawat terhadap orang tua yang sudah sepuh meningkat sejalan dengan usia. Tuntutan tersebut sering kali muncul ketika sang ibu telah menjanda, atau ketika wanita yang telah bercerai beberapa tahun sebelumnya tidak lagi dapat menghadapi kondisi tersebut sendirian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun