Mohon tunggu...
Intan Marassing
Intan Marassing Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan internasional UPN Veteran Yogyakarta

Tertarik pada dinamika hubungan internasional dan isu-isu keamanan global. Fokus tulisan saya meliputi politik luar negeri, ancaman non-tradisional, dan bagaimana kebijakan internasional mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perubahan Iklim dan Kebijakan Energi Bersih di Uni Eropa Tahun (2020-2023) dalam Perspektif Ekologisme

28 Oktober 2024   16:24 Diperbarui: 28 Oktober 2024   16:37 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dibuat oleh: DALL-E OpenAI.

      European Climate Law, yang disahkan pada tahun 2021, mengharuskan negara-negara untuk memenuhi target emisi mereka dengan meninjau kebijakan iklim secara berkala. Selain itu, UE meluncurkan program REPowerEU pada tahun 2022 untuk mengurangi ketergantungan pada gas alam dan mempercepat pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan biomassa. Namun, transisi dari energi konvensional ke energi terbarukan sangatlah sulit, terutama bagi negara-negara yang masih bergantung pada bahan bakar fosil. Untuk membantu masyarakat yang terdampak, Uni Eropa meluncurkan Mekanisme Transisi yang Adil, yang menyediakan dana untuk pelatihan, dukungan pekerja, dan proyek energi bersih. Di sisi lain, program Horizon Europe, yang mencakup penelitian energi bersih, mendorong kemajuan teknologi.

      Partisipasi publik merupakan elemen kunci dari kebijakan ini, dengan melibatkan warga negara dan masyarakat lokal dalam pengembangan energi terbarukan. Secara keseluruhan, kebijakan energi bersih Uni Eropa selama periode ini menunjukkan komitmen yang kuat terhadap kemiskinan dan keadilan sosial, meskipun masih menghadapi tantangan yang memerlukan kerja sama antara negara-negara anggota, sektor swasta, dan masyarakat sipil.

  • Perspektif Ekologisme dalam Kebijakan Energi Bersih     

      Selama periode 2020-2023, perspektif ekologi memegang peranan penting dalam membentuk kebijakan energi bersih di Uni Eropa, dengan menekankan pentingnya menyeimbangkan kebutuhan manusia dengan ekosistem yang sehat. Konsep perjalanan menjadi krusial dalam konteks ini, yakni memastikan sumber daya alam digunakan secara bijaksana agar tidak berdampak negatif bagi generasi mendatang. Hal ini dicapai melalui penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidroelektrik, yang mengurangi emisi gas rumah kaca.

     Kebijakan energi harus memberikan akses energi bersih yang adil bagi semua orang, termasuk yang terpinggirkan, selain keberlanjutan. Uni Eropa berusaha mengatasi ketidakadilan sosial yang disebabkan oleh pembagian keuntungan energi yang tidak merata. Setiap kebijakan energi harus mempertimbangkan dampak lingkungan karena ekologisme menekankan hubungan antara manusia dan alam. Pendekatan ini mendorong integrasi sosial, ekonomi, dan ekologi dalam pembuatan kebijakan dan memastikan bahwa transformasi energi tidak hanya berfokus pada efisiensi teknis tetapi juga mempertimbangkan kesejahteraan orang-orang yang paling rentan.

    Kebijakan energi bersih Uni Eropa berfokus pada inovasi dan teknologi berkelanjutan, sebagaimana didukung oleh program Horizon Europe, untuk meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Dari perspektif ekologi, kebijakan energi Uni Eropa bertujuan untuk membangun sistem energi yang efisien, adil, dan berkelanjutan untuk mengatasi tantangan perubahan iklim secara holistik dan menciptakan masa depan yang lebih baik.

  • Dampak Kebijakan Energi Bersih Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

     Kebijakan energi bersih UE 2020-2023 memiliki dampak besar pada masyarakat dan lingkungan. Ini menunjukkan transisi ke energi berkelanjutan yang sulit. Kualitas udara menjadi lebih baik karena emisi polutan berkurang, yang meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurangi biaya kesehatan terkait polusi. Selain itu, sektor energi terbarukan menghasilkan lapangan kerja baru melalui kebijakan ini, terutama melalui investasi infrastruktur seperti ladang angin dan panel surya. Selain itu, mekanisme transisi sederhana digunakan untuk membantu karyawan yang terkena dampak.

   Dari perspektif sosial, kebijakan ini bertujuan untuk mencapai keadilan lingkungan dengan memastikan setiap orang memiliki akses terhadap energi bersih. Namun, ada penolakan dari kelompok yang bergantung pada industri bahan bakar fosil, yang menuntut diskusi terbuka dengan semua pemangku kepentingan untuk menjelaskan manfaat jangka panjang dari transisi energi. Pengurangan emisi gas rumah kaca dan perlambatan perubahan iklim adalah dampak lingkungan dari kebijakan ini. Namun, pembangunan infrastruktur energi terbarukan seperti angin dan tenaga surya dapat mengganggu habitat lokal, jadi diperlukan evaluasi dampak lingkungan (EIA) untuk memastikan bahwa ekosistem tetap lestari.

     Selain itu, masyarakat mulai berperilaku lebih ramah lingkungan, dengan kampanye publik yang mendorong penggunaan transportasi umum, mengurangi sampah, dan meningkatkan efisiensi energi. Sementara transisi ke kebijakan energi bersih membawa manfaat besar bagi semua orang, penting untuk dicatat tantangan dalam menjaga keadilan sosial, mengurangi resistensi, dan menjaga ekosistem yang sehat.

  • Tantangan dan Peluang Dalam Implementasi Kebijakan Energi Bersih

     Implementasi kebijakan energi bersih Uni Eropa (2020-2023) menghadapi banyak tantangan. Salah satu masalah utamanya adalah ketergantungan negara- negara anggota tertentu, seperti Polandia, pada bahan bakar fosil. Ketidakpastian ekonomi dan penolakan dari sektor energi konvensional menghambat transisi ke energi terbarukan. Selain itu, keterbatasan infrastruktur energi menjadi tantangan lainnya. Termasuk masalah jaringan distribusi listrik yang belum siap mendukung energi terbarukan. Selain itu, dukungan publik terhadap proyek energi terbarukan seperti ladang angin masih minim karena gangguan dan efek visual.

     Beberapa saran diajukan untuk mengatasi masalah ini. Pertama, negara-negara anggota harus membantu negara-negara yang bergantung pada bahan bakar fosil dengan dukungan finansial dan teknis. Kedua, harus ada peningkatan investasi dalam infrastruktur energi, seperti memodernisasi jaringan distribusi dan membangun fasilitas penyimpanan. Ketiga, harus ada peningkatan kampanye pendidikan dan kesadaran publik, yang melibatkan publik dalam diskusi dan mendorong adopsi energi terbarukan. Keempat, kebijakan harus didasarkan pada bukti dan perencanaan yang inklusif, dan dampak lingkungan dari setiap proyek energi terbarukan harus dievaluasi secara menyeluruh. Terakhir, UE harus terus bekerja dengan sektor swasta dan lembaga penelitian untuk melakukan penelitian dan inovasi dalam teknologi energi bersih.

     Melalui langkah-langkah ini. kebijakan energi bersih diharapkan dapat lebih efektif dalam membawa perubahan positif bagi lingkungan dan masyarakat, serta mempercepat transisi menuju sistem energi yang berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun