A. Latar belakang
   Para praktisi, akademisi, dan pembuat kebijakan di tingkat nasional, regional, dan internasional semakin menaruh perhatian pada isu lingkungan dalam beberapa tahun terakhir. Seiring dengan kemajuan pembangunan, isu-isu ini terus bermunculan, dan perubahan iklim merupakan salah satu isu lingkungan yang menjadi perhatian karena dianggap berbahaya jika dibiarkan begitu saja. Pemanasan global, yang juga dikenal sebagai "global warming". Berdampak pada berbagai aspek kehidupan ekologi dan sosial ekonomi, serta keberlanjutan ekosistem, keanekaragaman hayati, produksi pangan, pasokan air, penyebaran hama dan penyakit tanaman, serta vektor penyakit manusia.
    Uni Eropa telah memiliki kebijakan energi sejak awal tahun 2000-an yang menekankan penggunaan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Sasaran Kesepakatan Hijau Eropa yang diumumkan pada akhir tahun 2019 adalah mencapai netralitas karbon pada tahun 2050 dan mengurangi emisi gas rumah kaca hingga lima puluh lima persen pada tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat tahun 1990. Langkah ini menunjukkan bahwa Uni Eropa berkomitmen untuk mendukung perubahan lingkungan di seluruh dunia.
   Dalam makalah ini, akan menganalisis kebijakan energi bersih Uni Eropa dari tahun 2020 hingga 2023, dengan melihat tantangan yang dihadapi UE dalam menerapkan kebijakan dan peluang untuk meningkatkan komitmennya terhadap lingkungan. Analisis ini penting untuk memahami bagaimana kebijakan energi. perubahan iklim, dan ekologi berinteraksi satu sama lain untuk membangun masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil.
B. Pembahasan
- Konteks Perubahan Iklim Global dan Tantangan yang Dihadapi oleh Uni Eropa    Â
   Meningkatnya akumulasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer akibat aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan merupakan salah satu masalah terbesar abad ke-21. Suhu global telah meningkat sekitar 1,1C sejak era pra-industri, dan jika tidak ada tindakan signifikan yang diambil, suhu diperkirakan akan melebihi 1,5C pada tahun 2030. Dengan meningkatnya kejadian cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan, dampak perubahan iklim menyebar secara global. Hal ini mengancam kehidupan manusia, ketahanan pangan, dan kesehatan ekosistem, serta habitat tumbuhan dan hewan.
  Perjanjian global seperti Protokol Kyoto dan Perjanjian Paris telah berupaya mengatasi perubahan iklim melalui komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Uni Eropa (UE) telah menetapkan tujuan ambisius untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2050, dengan memandang perubahan iklim tidak hanya sebagai masalah lingkungan tetapi juga sebagai tantangan sosial dan ekonomi. Namun, UE menghadapi tantangan internal, termasuk perbedaan kepentingan antar negara anggota, ketergantungan sektor industri pada bahan bakar fosil, dan dampak perubahan iklim terhadap pertanian, perikanan, dan kesehatan masyarakat.
  Kebijakan energi bersih menjadi semakin sulit diterapkan karena beberapa sektor ekonomi masih bergantung pada bahan bakar fosil. Selain itu, konflik kepentingan antara negara-negara seperti Jerman dan Polandia yang bergantung pada industri bahan bakar fosil memperlambat transisi ke energi terbarukan. Lebih jauh lagi, perubahan iklim berdampak negatif pada sektor pertanian dan kesehatan, sehingga menimbulkan beban sosial yang lebih besar pada masyarakat yang rentan.
  Analisis kebijakan energi bersih untuk periode 2020-2023 menggunakan pendekatan ekologi akan memberikan wawasan lebih jauh tentang efektivitas kebijakan dan cara mengatasi tantangan perubahan iklim global. Kebijakan ini didasarkan pada keberlanjutan dan keadilan lingkungan serta berfokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca, inovasi teknologi, investasi dalam energi terbarukan, dan partisipasi masyarakat.
   Untuk mengatasi perubahan iklim, Uni Eropa telah mengambil langkah- langkah besar dalam menerapkan kebijakan energi bersih. Fokusnya adalah pada pencapaian keberlanjutan dan pencapaian netralitas karbon pada tahun 2050. Tahun 2020-2023 akan menjadi masa krusial bagi penerapan Kesepakatan Hijau Eropa, yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 55% pada tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat tahun 1990. Energi, transportasi, bisnis, dan pertanian merupakan bagian dari kebijakan ini. Â