Mohon tunggu...
Politik

Kurangnya Tanggung Jawab Pemimpin yang Mengakibatkan Kematian di Maluku

10 Desember 2018   21:20 Diperbarui: 10 Desember 2018   21:23 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hadits Nabi yang lain yaitu: Abdullah bin umar r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : Kalian semuanya pemimpin (pemelihara) dan bertannggungjawab terhadap rakyatnya. Seorang Amir (raja) memelihara rakyat dan akan ditanya tentang pemeliharaannya. Seorang suami memimpin keluarganya dan akan ditanya tentang pimpinannya. Seorang Ibu memimpin rumah suaminya, dan anak-anaknya dan akan ditanya tentang pimpinannya. Seorang hamba (buruh) memelihara harta milik majikannya dan akan ditanya tentang pemeliharaannya. (Bukhari dan Muslim) 

Hadits ini jelas bahwa setiap manusia adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban. Baik secara pribadi atau masyarakat, inilah amanat yang akan dimintai pertanggungjawaban baik dalam masyarakat atau di hadapan Allah kelak. Tak seorangpun mampu melepaskan diri dari tanggungjawabnya. Dia harus benar-benar waspada dan hati-hati, bersikap adil, bijaksana dalam bertugas.

Salah satu yang membedakan pemimpin dan yang bukan pemimpin adalah tanggung jawab.
Pemimpin yang tak bertanggung jawab bisa dikategorikan sebagai pemimpin tidak kompeten peristiwa kematian karena kelaparan sangat ironis. Padahal, anggaran untuk bantuan sosial sebenarnya sangat besar. Semestinya anggaran tersebut bisa mengatasi, bahkan mencegah, masalah kelaparan yang berujung kematian. Seharusnya pemerintah tidak mengecilkan peristiwa ini. Apalagi, kelaparan yang dialami sekitar 170 warga komunitas adat Suku Mausu Ane di Maluku Tengah itu sebenarnya telah dilaporkan sejak awal Juli lalu. Pemerintah seharusnya sudah memiliki peta karateristik warganya, baik di perkotaan maupun di pelosok sekali pun.

Dari wacana di atas dapat kita pahami bahwa menjadi pemimpin bukan sekadar untuk hidup enak, dihormati, dikenal banyak orang, tinggal memerintah, dan berpenghasilan besar. Seorang pemimpin harus memiliki tanggung jawab, berkarakter negarawan, dan visioner. Memiliki aktivitas kerja yang tidak termotivasi oleh kehormatan, kemuliaan atau otoritas pribadi, tetapi oleh kesediaannya melayani rakyat. Dan seharusnya pemerintah bisa belajar dari kasus gizi buruk yang pernah menyerang suku Asmat pada akhir tahun 2017 lalu, Terakhir bahwa pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat.

HR. BUKHARI bersabda:

73.14/6617. Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami Abul Asyhab dari Al Hasan, bahwasanya Abdullah bin Ziyad mengunjungi Ma'qil bin yasar ketika sakitnya yang menjadikan kematiannya, lantas Ma'qil mengatakan kepadanya; 'Saya sampaikan hadist kepadamu yang aku dengar dari Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Tidaklah seorang hamba yang Allah beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak menindaklanjutinya dengan baik, selain tak bakalan mendapat bau surga." (HR. BUKHARI)

Terima kasih

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun