Pengalaman masak pertama rasanya alhamdulillah aja bisa buat bertahan hidup. Tak semenyedihkan itu sebenarnya, tapi jika dibandingkan masakan ibu di rumah, tentu jauh berbeza.Â
Pernah suatu ketika, saya harus berpuasa untuk berhemat saat masih tinggal di kos. Makan hanya satu kali untuk berbuka puasa. Sahurnya hanya minum air putih.
Niat awalnya memang niat ingsun berpuasa untuk hemat, namun lama-kelamaan akhirnya saya terbiasa puasa di luar-luar bulan Ramadan. Awalnya puasa senin-kamis, kemudian lanjut puasa daud.Â
Ternyata kebiasaan ini, membawa saya jauh banyak menyadari nikmat yang telah Allah kasih. "Oh begini ya rasa lapar", "oh begini ya rasa tidak ada makanan", "oh begini ya, nikmatnya makan ditengah keterbatasan", dan banyak lagi. Saya ingat, berbuka dengan sepaket makanan cepat saji saja makannya sambil nangis.
Dari sini mulai mengerti, betapa banyak dulu nikmat yang disia-siakan. Akhirnya, mulai belajar membiasakan diri dengan ketidaksesuaian hidup, belajar menerima apa-apa yang sebelumnya tidak bisa diterima, belajar legowo untuk segala apa yang terjadi, dan belajar membangun rasa syukur atas nikmat yang sudah dipunya.
Memang, membangun rasa syukur tak semudah yang diucapkan. Kadang, malah hanya terasa "anget-anget tai ayam".
Astaghfirullah, manusia memang bukan tempatnya puas. Ada saja celah untuk dikritisi dan disambati. Padahal jika dirasa, nikmat sudah begitu luas hingga tak terbatas.
---
Setiap datang bulan Ramadan, saya selalu berdoa "Ya Allah sampaikanlah aku pada ramadan-ramadan selanjutnya". Berharap untuk terus bisa mengambil hikmah di setiap detiknya. Ya, meskipun masih belum bisa memaknai secara utuh bulan penuh Rahmat ini.Â
Bagi saya, menjalankan puasa adalah momen-momen paling ideal untuk membangun dan memupuk rasa syukur. Seperti kata asalnya, "Shaum" yang berarti menahan diri. Tak hanya menahan diri dari rasa haus dan lapar, tetapi juga dari hawa nafsu sifat-sifat yang berlebihan dan melebih-lebihkan.Â
Semoga di Ramadan kali ini, bisa memupuk lagi rasa syukur, rasa legowo, yang sudah dibentuk sebelum-sebelumnya. Tidak melebih-lebihkan diri, pun dalam mengistimewakannya.