Mohon tunggu...
Intan Hafrida
Intan Hafrida Mohon Tunggu... Freelancer - ExJournalist

Mantan jurnalis yang tetap cinta menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasi Kotak Pembawa Keharmonisan

31 Desember 2020   16:27 Diperbarui: 31 Desember 2020   17:04 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi positif thinking saya pun hilang ketika kejadian ini terulang beberapa kali. Saya rasa, mereka bukan tidak mendengar suara Bapak Kurir dari luar tapi memang tidak peduli dan hanya mengurus urusan sendiri. Meski agak kesal, saya mencoba untuk memaklumi mereka.

Suatu hari, saya menjadi panitia workshop di kampus. Yah, saya adalah mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi kampus. Waktu saya pun lebih banyak dihabiskan di kampus. Selain kuliah, saya harus rapat organisasi, jadi panitia seminar, dan kegiatan kampus lainnya.

Hari itu, banyak peserta workshop yang tidak hadir, beberapa nasi kotak yang disediakan untuk konsumsi pun tersisa. Ketua panitia menyuruh kami untuk membawa pulang nasi kotak itu dan setiap panitia pun mengambil satu-satu.

Tapi karena memang tersisa banyak, masih ada sekitar empat nasi kotak yang tersisa lagi setelah dibagikan ke semua karyawan kampus, petugas keamanan dan kebersihan. Akhirnya saya memutuskan untuk membawa empat nasi kotak yang masih tersisa itu.

Beberapa teman meledek saya karena membawa pulang nasi kotak lebih banyak dari yang lainnya,

"Asik... lumayan nih Tan, buat persediaan dua hari!" kata salah satu teman saya.

Saya tak membalas perkataannya, hanya tersenyum kecil sambil mencoba menahan malu membawa nasi kotak sebanyak itu (kalau kata orang Jawa "kemaruk" Hehe). Tapi, saya memang berniat untuk membagikan nasi kotak ini pada teman kost saya.

Saya pun mengetuk pintu kamar satu-satu. Mulai dari Salma, Mei, Mbak Woro, dan Bening, para penghuni lantai satu. Senangnya ketika mereka mau menerima nasi kotak yang saya bawa. Kami memakan nasi kotak ini bersama-sama di ruang tengah sembari ngobrol dan nonton TV. 

Sungguh, ini pertama kalinya kami makan dan mengobrol bersama di ruang tengah sejak saya menempati kostan selama 3 minggu. Dan sejak itu pula, hubungan kami sebagai tetangga kamar menjadi lebih hangat.

Kami jadi sering kumpul di ruang tengah, ke pasar untuk belanja bahan makanan dan memasaknya bersama, hingga ke bioskop untuk nonton film, dan tentu saja saya tak lagi khawatir kalau ada paket datang ke kostan karena mereka yang akan meng-cover-nya. Saya merasa punya keluarga baru di perantauan.

Suatu malam, kami sedang makan di ruang tengah sambil nonton TV. Tiba-tiba Salma mengatakan ini pada saya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun