Mohon tunggu...
Intan Fatimah
Intan Fatimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ipehqu

Communication Student

Selanjutnya

Tutup

Money

Imbas Kenaikan Harga Kedelai, Penjual Tahu dan Tempe di Pasar Induk Jambu Dua Bogor Meringis

11 Maret 2022   10:15 Diperbarui: 11 Maret 2022   10:19 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual Tahu dan Tempe di Pasar Induk Jambu Dua Bogor (doc. pribadi)

Kota Bogor – Seperti yang diketahui, Kementerian Perdagangan menyatakan harga kedelai naik karena mengikuti pasar internasional. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian cuaca dan inflasi bahan makanan di AS, salah satu eksportir utama kedelai dunia. Kemendag memperkirakan kenaikan harga kemungkinan terjadi sampai Mei 2022 ke level US$15,79 usd per bushel. Harga itu kemungkinan baru bisa turun pada Juli mendatang, namun itu pun tak signifikan. Hal ini tentunya mempengaruhi produksi makanan berbahan kedelai di Indonesia, yaitu tahu dan tempe. Akibat kenaikan harga tersebut, banyak produsen tahu dan tempe yang mogok produksi. Penjelasan lengkap dapat diakses disini.

Aksi mogok produksi yang dilakukan oleh para produsen tentunya mempengaruhi para penjual di pasar, salah satunya penjual tahu dan tempe di Pasar Induk Jambu Dua Bogor yaitu Abdul. Penjual tahu dan tempe yang sudah berjualan selama lima tahun ini mengaku bahwa pasokan tetap ada namun harganya jauh lebih mahal dari sebelumnya.

“Untuk pasokan (tahu dan tempe) enggak (terhambat) ya soalnya banyak. Cuma untuk harga memang pada naik. Jadi tadinya yang harga segini bisa dapet banyak, sekarang malah dapat sedikit,” ujarnya di Bogor, Kamis (03/03).

Abdul menambahkan bahwa kenaikkan harga tahu dan tempe yang ia dapat dari pabrik yang berada di daerah Jawa Tengah ini naik hampir 50% dari sebelumnya. Dengan harga tahu dan tempe yang melonjak naik, Abdul mengaku hanya memiliki dua pilihan, ikut menaikkan harga tahu dan tempe yang ia jual atau mengurangi stock penjualannya.

“Ya bisa dengan naik harga (penjualan) atau kita kurangin (stok). Tadinya misal untuk satu kali beli itu satu kotak nah akibat naik kita kurangi jadi setengahnya atau seperempat,” katanya.

Adapun harapan Abdul kepada pemerintah ialah bisa cepat-cepat mencari solusi agar harga kedelai di pasar kembali normal.

“Kedepannya mudah-mudahan dengan adanya demo kemarin, pemerintah bisa peka terhadap harga tahu dan tempe yang melambung agar bisa mencari jalan keluarnya supaya harga kacang (kedelai) bisa kembali seperti semula. Minimal ya tidak terlalu mahal,” tutupnya.

Selain berimbas terhadap para produsen tahu dan tempe yang memutuskan untuk mogok produksi, ratusan pedagang tempe di Kota Depok melakukan aksi demonstrasi sebagai bentuk protes terhadap kenaikan harga kedelai. Hal ini tentu saja menjadi bentuk nyata dari keluhan para pengrajin tahu dan tempe.

Merespons harga tahu dan tempe yang naik dan aksi mogok kerja para pengrajin, pemerintah menyatakan telah merumuskan kebijakan baru untuk memastikan ketersediaan kedelai dengan harga yang mampu dijangkau oleh masyarakat.

Dalam siaran pers, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud menyampaikan bahwa harga kedelai pada minggu II Februari 2022 mencapai 15,77 USD/bushels atau naik sebesar 18,9% dibanding minggu I Januari 2022 yang mencapai 13,26 USD/bushels. Hal ini berdampak kepada harga kedelai impor di tingkat pengrajin menjadi berkisar sebesar Rp11.631,00/kg.

“Kenaikan harga kedelai berpotensi mempengaruhi minat pengrajin untuk memproduksi tahu dan tempe sehingga berdampak pada kenaikan harga tahu dan tempe serta dapat mengganggu keberlangsungan usaha pengrajin tahu dan tempe. Rakornis ini merupakan bentuk respon cepat Pemerintah dalam mengambil kebijakan agar stabilitas harga dan ketersediaan kedelai terjaga,” tegas Deputi Musdhalifah dalam siaran pers.

Mendukung Pernyataan tersebut, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyampaikan bahwa Kementerian Perdagangan telah berkoordinasi dengan para importir untuk memastikan komitmen penyediaan bahan baku kedelai bagi pengrajin tahu dan tempe. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir dampak atas kenaikan harga kedelai yang dirasakan pada sekitar 150.000 UMKM tahu dan tempe yang sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku kedelai.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Distribusi dan Akses Pangan Kementerian Pertanian Risfaheri juga menegaskan bahwa perlu ada terobosan besar untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kedelai lokal. Dalam rangka meningkatkan produksi kedelai lokal, Kementerian Pertanian telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan GAKOPTINDO selaku offtaker dan perbankan untuk pelaksanaan program penanaman kedelai seluas 600.000 ha di 14 provinsi. Kegiatan penanaman akan mulai dilaksanakan pada bulan April 2022. Selain program tersebut, Kementerian Pertanian juga akan melaksanakan program bantuan Pemerintah untuk produksi kedelai seluas 52.000 ha.

Munculnya polemik kenaikan harga kedelai sehingga membuat para penjual tahu dan tempe meringis tentunya merupakan sebuah tamparan keras di kala pandemi. Diharapkan dengan adanya perumusan kebijakan baru, pemerintah mampus memberikan soluasi yang pasti megingat sebentar lagi masyarakat bersiap untuk menghadapi bulan puasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun