Mohon tunggu...
Intan Anita
Intan Anita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan UNNES

Selanjutnya

Tutup

Film

Analisis Film: BUDI PEKERTI

16 Desember 2024   17:40 Diperbarui: 16 Desember 2024   17:18 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film Budi Pekerti yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja menghadirkan tema yang kuat mengenai moralitas, etika dalam bermedia sosial, dan pengaruh buruk dari dunia maya. Film ini mengangkat isu-isu sosial yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti cyberbullying, pengaruh hoax, dan dampak negatif media sosial terhadap karakter individu. Berbagai analisis tentang film ini, terutama menggunakan teori semiotik dan pendekatan moralitas, memberikan pemahaman mendalam mengenai pesan yang ingin disampaikan oleh sang sutradara.

Analisis Semiotik dan Nilai-Nilai Moral dalam Budi Pekerti

Menurut Madinatuzzahroh, E.H., Kom, S.I., MM, R.N., Kom, M.I. (2024), Budi Pekerti menggunakan simbol-simbol visual yang kuat dalam menyampaikan pesan moral tentang etika bermedia sosial. Menggunakan teori semiotik Charles Sanders Peirce, mereka menemukan bahwa simbol dalam film tersebut berfungsi untuk menggambarkan kontras antara dunia maya dan kehidupan nyata. Semiotik ini menggambarkan bagaimana individu merespon tekanan sosial yang datang dari dunia digital, serta dampaknya terhadap tindakan mereka di dunia nyata. Peirce mengemukakan bahwa tanda atau simbol dalam suatu karya seni dapat mengubah cara pandang penonton terhadap realitas, dan hal ini jelas terlihat dalam setiap adegan film Budi Pekerti yang mengundang penonton untuk merefleksikan perilaku mereka di dunia maya (Madinatuzzahroh et al., 2024).

Nilai moral yang terkandung dalam film ini juga sangat kuat. Syarifah dan Urfan (2024) menunjukkan bahwa Budi Pekerti mengajarkan pentingnya empati dan tanggung jawab dalam berinteraksi di dunia maya. Hal ini sangat relevan dengan fenomena sosial yang ada saat ini, di mana banyak orang merasa aman untuk melakukan perundungan atau cyberbullying tanpa konsekuensi yang nyata. Film ini mengingatkan kita akan bahaya dari perilaku negatif di dunia maya yang dapat berdampak langsung pada kehidupan nyata seseorang. Sebagai contoh, dalam adegan di mana tokoh utama mengalami tekanan sosial yang berat akibat serangan digital, penonton dapat melihat bagaimana hal ini mempengaruhi kejiwaan dan hubungan sosialnya.

Pengaruh Cyberbullying dalam Film

Aspek lain yang mendapat perhatian dalam analisis ini adalah fenomena cyberbullying, yang digambarkan dengan jelas dalam Budi Pekerti. Widura (2024) menganalisis bagaimana film ini menggambarkan dampak dari perundungan digital terhadap korban. Film ini tidak hanya menunjukkan efek langsung dari cyberbullying, tetapi juga bagaimana individu yang terlibat dalam perundungan tersebut mengatasi dampak dari tindakan mereka. Dalam perspektif ini, Budi Pekerti berperan sebagai alat edukasi untuk mengingatkan pentingnya kesadaran digital dan etika dalam berinteraksi melalui media sosial.

Syarifah dan Urfan (2024) juga mencatat bahwa dalam film ini, teknologi sering kali digunakan untuk mengungkapkan ketidakadilan sosial, baik itu dalam bentuk penindasan, pencemaran nama baik, maupun penyebaran informasi palsu. Oleh karena itu, film ini berfungsi sebagai kritik terhadap ketergantungan masyarakat terhadap media sosial yang cenderung menciptakan kesenjangan sosial dan merusak keharmonisan antarindividu. Dalam hal ini, peran media sosial tidak hanya sebagai sarana komunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk merusak moral dan hubungan sosial.

Representasi Nilai Pendidikan Karakter dan Akhlak

Dalam hal nilai pendidikan karakter, film ini memberikan pelajaran yang berharga mengenai pentingnya menjaga sikap dan budi pekerti yang baik dalam berbagai situasi. Hendri dan Yustiani (2024) menunjukkan bahwa meskipun film ini menyentuh sisi negatif dari pengaruh media sosial, ia juga menekankan pentingnya pendidikan karakter yang seimbang antara dunia nyata dan dunia maya. Tokoh dalam film tersebut harus mengatasi dilema moral, di mana mereka dituntut untuk memilih antara mengikuti tekanan sosial atau mempertahankan nilai-nilai positif yang telah mereka pelajari sejak kecil.

Afro, Hamidah, dan Syakir (2021) juga mencatat bahwa dalam Budi Pekerti, nilai-nilai pendidikan karakter sangat jelas terlihat, terutama dalam cara tokoh utama menanggapi berbagai tekanan yang dihadapi. Tentu saja, pendidikan karakter dalam film ini tidak hanya berfokus pada moralitas individu, tetapi juga pada bagaimana komunitas dapat berperan dalam memperbaiki sikap dan perilaku dalam masyarakat luas.

Dampak Hoax dan Cancel Culture dalam Budi Pekerti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun