Era Industri 4.0 akan terus menghadirkan banyak perubahan yang tak bisa dibendung. Karena itu, ada urgensinya jika negara perlu berupaya maksimal dan lebih gencar memberi pemahaman kepada semua elemen masyarakat tentang hakikat era Industri 4.0 dengan segala konsekuensi logisnya.Â
Materi pdkmfÂ
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarokatu, Nama saya intan defani, dari fakultas farmasi universitas Hasanuddin. Minggu, 31 maret 2019, dilaksanakan kegiatan PDKMF (Pelatihan Dasar Kepemimpian Mahasiswa Fakultas Farmasi) Universitas Hasanuddin. Materi berjudul "Peranan Pemuda di era Revolusi Industri" yang dibawakan oleh:
Oleh : Dr. Muh Syahid ST.MTÂ
Dosen fakultas Teknik mesin universitas Hasanuddin
Revolusi Industri Pertama ditandai dengan mekanisasi produksi menggunakan tenaga air dan uap. Lalu, produksi massal menjadi sebuah kemungkinan yang terbuka berkat adanya tenaga listrik pada Revolusi Industri Kedua.Â
Sektor industri kemudian bisa mewujudkan otomatisasi produksi pada Revolusi Industri Ketiga karena dukungan industri elektronik dan teknologi informasi. Semua perubahan itu mendorong manusia beradaptasi, karena pada akhirnya akan mengubah perilaku, cara bekerja hingga tuntutan keterampilan.
Era Industri 4.0 akan terus menghadirkan banyak perubahan yang tak bisa dibendung. Karena itu, ada urgensinya jika negara perlu berupaya maksimal dan lebih gencar memberi pemahaman kepada semua elemen masyarakat tentang hakikat era Industri 4.0 dengan segala konsekuensi logisnya.
Langkah ini penting karena belum banyak yang berminat memahami Industri 4.0. Masyarakat memang sudah melakoni beberapa perubahan itu, tetapi kepedulian pada tantangan di era digitalisasi dan otomasi sekarang ini pun terbilang minim.
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara besar yang sedang berkembang, dengan berbagai potensi -- potensi yang dimilikinya. Sumber Daya Alam yang melimpah, dan jumlah penduduk yang banyak menjadi modal utama bangsa untuk bertransformasi menjadi negara maju.
Menurut Bappenas (2018) penduduk Indonesia akan mencapai kondisi 'bonus' demografi pada tahun 2030 mendatang, dimana diperkirakan jumlah penduduk lansia atau 60 tahun keatas hanya mencapai 19,85%, selebihnya adalah penduduk pada usia muda dan produktif.
Baca Juga:Â Sosial-Humaniora di Era Revolusi Industri 4.0: Relevan atau Basi?