Pihak berwenang Indonesia pada saat itu mengumumkan keadaan "tanggap darurat" atas skala besar tumpahan minyak dan kerusakan lingkungan di lepas pantai negara Asia Tenggara ini.
Api masih terlihat di sekitar rumah-rumah penduduk setelah itu, kata seorang petugas pemadam kebakaran di akun Instagram mereka.
Dua dari korban tewas adalah anak-anak, sementara 50 orang terluka termasuk satu orang anak, menurut Rahmat Kristanto, seorang pejabat di unit pemadam kebakaran.
Sebagian besar korban luka-luka menderita luka bakar dan pemerintah akan membiayai pengobatan mereka, ujar Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono kepada para wartawan.
Tak lama setelah kebakaran terjadi, ledakan-ledakan terdengar dalam rekaman yang dibagikan di media sosial, meskipun Reuters tidak dapat mengotentikasi rekaman tersebut.
Di dekat tempat penyimpanan, warga berkerumun di sekitar lokasi sementara para petugas pemadam kebakaran membawa kantong-kantong mayat berwarna oranye dari lokasi kebakaran. Badan penanggulangan bencana Jakarta mengatakan bahwa warga telah dievakuasi ke masjid-masjid terdekat.
Siswandi, seorang warga berusia 21 tahun, mengatakan bahwa kejadian tersebut "sangat kacau, karena kami berlarian bersama para korban yang terluka dengan kondisi setengah terbakar, dan hal ini menyebabkan kepanikan di antara orang-orang," dan menambahkan bahwa ia mengambil semua dokumen berharga dari rumahnya.
Pusat panggilan stasiun pemadam kebakaran utama Jakarta mengatakan bahwa mereka telah mengirimkan 51 unit ke daerah Plumpang di Jakarta Utara, dan menambahkan bahwa kebakaran itu sangat besar.
Pertamina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penyebab insiden ini masih diselidiki dan upaya-upaya evakuasi masih berlangsung.
Perusahaan ini mengatakan bahwa pasokan bahan bakar untuk wilayah Jakarta tetap aman karena perusahaan ini berencana untuk mengalihkan pasokan dari terminal-terminal lain.
Stasiun bahan bakar ini memiliki kapasitas lebih dari 300.000 kilo liter, menurut kementerian energi negara ini.